Seorang sahabat saya menceritakan sebuah insiden hari raya dengan mertuanya. Karena tempat kerja yang berada di negara yang lain, sangat jarang kesempatan sahabat saya untuk berlebaran di rumah mertuanya. Kebiasaan yang dilakukan adalah dengan mengucapkan selamat hari raya dan minta maaf melalui telepon. Namun tahun ini, sahabat saya itu mendahulukan ucapan mohon maaf pada malam terakhir Ramadhan dengan alasan keesokan harinya dipenuhi dengan acara di luar rumah. Takut kelupaan.
Tapi niat baik sahabat saya saya ini rupanya tidak bisa dimengerti oleh mertuanya. Mertuanya marah besar karena, sahabat saya dan istrinya tidak mengucapkan selamat lebaran pada hari H nya, atau satu hari setelah hari H. Saya turut merasakan kegundahan sahabat saya itu, karena membuat sedih mertuanya pada hari yang semestinya semuanya bergembira. Beliau bertanya kepada saya, apakah hukumnya meminta maaf setelah bulan Ramadhan selesai? Apakah ada landasannya dalam sunah? Atau jangan-jangan cuma menjadi adat budaya masyarakat Islam di negara tertentu saja.
Meminta Maaf di Awal Bulan Syawal Tidak Wajib
Seperti biasa kalau menjawab masalah-masalah agama, saya akan merujuk kepada ulama-ulama yang ahli di bidangnya. Salah satunya adalah pendapat dari Shaikh Dr. ‘Abd Al Haadi ‘Abd Al Latiif As Saaleh salah seorang panel website syaikh ‘Abdullah Al Fawzaan. Apa kata beliau?
Memberi maaf kepada orang yang bersalah dan memperbaiki hubungan di antara golongan yang bermusuhan adalah perbuatan yang didorong oleh sharak. Allah telah menjanjikan pahala bagi pelakunya. Bagi orang yang telah melakukan kesalahan pada orang lain maka hendaklah dia meminta keridhaan dan kemaafan daripada orang tersebut. Adapun menganggap memohon maaf pada setiap ujung Ramadhan sebagai suatu kewajiban dan beri’tiqaad bahwa terdapat fadhilat kalau melakukannya, maka itu adalah lebih dekat kepada bid’ah.Jadi Shaihk tersebut menyarankan supaya jangan menjadikan ucapan mohon maaf di awal bulan Syawal menjadi suatu kewajiban, yang apabila tidak dilakukan menjadi berdosa
Mencapai Objektif Puasa Ramadhan
Kalau misalnya ada yang berpendapat bermaaf-maafan setelah puasa Ramadhan kelihatan menjadi suatu kewajiban, mungkin disebabkan oleh pemahaman terhadap hadis berikut ini:
“Telah datang kepadaku Jibrail lalu berkata : ” Celaka ke atas seorang hamba yang sempat bertemu Ramadhan dan keluar darinya tetapi tidak mendapat keampunan terhadap dosa-dosanya, lalu aku (Rasulullah s.a.w) berkata : Ameen. (tirmidzi, ibn hibban, Ahmad, Ibn Khuzaymah, Al-Hakim & disetujui oleh Az-Zahabi, Abu Yu’la, At-Tabrani dalam Al-Kabir & al-Awsat, At-Tayalisi, Al-Bukhari dalam Adab Al-Mufrad, Ibn Al-Ja’d ; Sahih Lighairihi oleh al-Albani di dalam Sahih Adab al-Mufrad – no: 644)Bagi seseorang yang berdosa dengan Allah, maka orang itu sangat mengharapkan keampunan-Nya di bulan Ramadhan ini. Tapi keampunan dari Allah menjadi tertahan karena belum mendapatkan keampunan dari orang yang dizalimi. Supaya objektif ini tercapai, maka ramai-ramailah orang-orang pada meminta maaf dengan orang lain di awal bulan Syawal. Karena tidak tahu pasti dengan siapa pernah berbuat salah, maka setiap orang yang dijumpai akan dimintai maafnya. Mana tahu dulunya pernah nyenggol motornya yang diparkir secara tidak disengaja, contohnya saja.
Kedua Pendapat Tersebut Benar
Jadi kedua-keduanya ada hujah:
1. Hujah dari Al’Quran dan Sunnah (Shaikh Dr. ‘Abd Al Haadi)
2. Hujah dari Al’Quran, Sunnah dan Uruf
Hujah yang pertama tidak menimbulkan syubhat. Tapi hujah kedua dikhawatiri akan menyebabkan muslim menganggap amalan itu sunnah Nabi SAW dan dituntut oleh agama. Inilah yang terjadi dengan kasus sahabat saya tersebut. Kena damprat mertua karena tidak meminta maaf setelah berakhirnya puasa Ramadhan. Menurut mertuanya, minta maaf sehari sebelum hari raya itu tidak masuk dalam kamus mereka, alias tidak sah.
Ucapan yang Mendekati Sunnah
Mau tahu mana ucapan yang sunah? Yaitu ucapan selamat sesama muslim dengan ucapan yang baik seperti:
1. Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan anda semua.
2. (Selamat) hari raya yang diberkati.
sumber dari: wiemasen.com
No comments:
Post a Comment