Pages

Sunday, 1 July 2012

pandangan Al-Quran tentang ilmu dan teknologi





Pandangan AlQur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui
prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima
oleh Nabi Muhammad Saw.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.
Yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia
apa yang tidak diketahuinya (QS Al-’Alaq [96]: 1-5).

Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari
menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah,
mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik
teks tertulis maupun tidak.

Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca,
karena Al-Quran menghendaki umatnya membaca apa saja selama
bacaan tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk
kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah,
ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman,
sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang tidak.
Alhasil, objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang
dapat dijangkaunya.

Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini bukan
sekadar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak akan
diperoleh kecuali mengulang-ulang bacaan atau membaca
hendaknya dilakukan sampai mencapai batas maksimal kemampuan.
Tetapi hal itu untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang
bacaan bismi Rabbik (demi Allah] akan menghasilkan pengetahuan
dan wawasan baru, walaupun yang dibaca masih itu-itu juga.
Demikian pesan yang dikandung Iqra’ wa rabbukal akram (Bacalah
dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah).

Selanjutnya, dari wahyu pertama Al-Quran diperoleh isyarat
bahwa ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu
Allah mengajar dengan pena yang telah diketahui manusia lain
sebelumnya, dan mengajar manusia (tanpa pena) yang belum
diketahuinya. Cara pertama adalah mengajar dengan alat atau
atas dasar usaha manusia. Cara kedua dengan mengajar tanpa
alat dan tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda, keduanya
berasal dari satu sumber, yaitu Allah Swt.

Setiap pengetahuan memiliki subjek dan objek. Secara umum
subjek dituntut peranannya untuk memahami objek. Namun
pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa objek terkadang
memperkenalkan diri kepada subjek tanpa usaha sang subjek.
Misalnya komet Halley yang memasuki cakrawala hanya sejenak
setiap 76 tahun. Pada kasus ini, walaupun para astronom
menyiapkan diri dengan peralatan mutakhirnya untuk mengamati
dan mengenalnya, sesungguhnya yang lebih berperan adalah
kehadiran komet itu dalam memperkenalkan diri.

Wahyu, ilham, intuisi, firasat yang diperoleh manusia yang
siap dan suci jiwanya, atau apa yang diduga sebagai
“kebetulan” yang dialami oleh ilmuwan yang tekun, semuanya
tidak lain kecuali bentuk-bentuk pengajaran Allah yang dapat
dianalogikan dengan kasus komet di atas. Itulah pengajaran
tanpa qalam yang ditegaskan oleh wahyu pertama Al-Quran
tersebut.



sumber dari: peribadirasullullah.wordpress.com

No comments:

Post a Comment