Pages

Saturday, 28 July 2012

ngabuburit vs ma-i-rik-saha






Kerap kali inyiak-inyiak dan nenek-nenek di kampung bertanya “Bilo ang basaha..?”[1] atau ketika kami tanya “Lai talok di inyiak puaso kini ko..?”

“Puaso lai indak, saha lai talok..” jawab mereka dengan gurauan khasnya.
Saha merupakan sebutan lain untuk puasa dalam Bahasa Minangkabau. Namun pada masa sekarang, bersama beberapa kosakata lama lainnya, kata saha mulai dilupakan orang. Kecuali oleh para generasi tua.

Pada masa sekarang anak-anak muda Minangkabau telah mengenal dan mulai pula menggunakan kata “ngabuburit”. Merupakan bahasa gaul khas anak-anak Jakarta yang cepat menyebar ke daerah melalui media televisi dan cetak. Makna kata dari ngabuburit ialah mengisi waktu luang menjelang berbuka puasa.

Pada masa sekarang kata-kata ngabuburit semakin sering dipakai oleh anak-anak muda Minangkabau, menggantikan kata-kata ma i-rik saha. Ya..tuan, ma i irik saha merupakan kata-kata asli orang Minangkabau untuk menyebut kegiatan yang dilakukan dalam menanti waktu berbuka tiba.
Ma i-rik saha terdiri dari dua kata yakni ma i-rik yang berarti menarik dan saha yang berarti puasa.

Jadi kalau diterjemahkan ma i-rik saha ialah menarik puasa. Sungguh lucu dan aneh memang terjemahannya, mungkin maksudnya secara harfiah ialah menarik puasa sampai ke waktu berbuka. Sebab bagi sebagian orang, berpuasa merupakan beban, maklumlah tuan tidak semua orang Islam itu beriman. Bukankah Allah sudah memperingatkan dalam Kitabnya bahwa sebagian besar orang berpuasa yang di dapatnya ialah haus dan lapar. Bagi orang-orang semacam ini, ngabuburit atau ma i-rik saha merupakan cara yang handal untuk melupakan lamanya waktu berbuka.

Ketika kami masih kana-kanak, orang-orang ma i-rik saha dengan berjalan-jalan keliling kampung. Sering aku berfikir “bagaimana pula mereka ini, bukankah badan letih dan lapar, pergi pula berjalan-jalan keliling kampung. Bukankah tambah lapar kita dibuatnya..?”

Atau ada pula yang memain sepak takrau, bersepeda, atau sekedar duduk-duduk sambil maota-ota di tengah simpang. Kegiatan yang terakhir merupakan kegiatan yang dapat merusak puasa. Kalau orang zaman sekarang lebih banyak berjalan-jalan sambil berleha-leha dengan mengendarai motor. Bagi yang lelaki biasanya mereka akan mandi dulu yang bersih, kemudian memakai pakaian mereka yang paling keren dan gaul, selepas itu mereka akan mengendarai motor kesayangan mereka dengan congkak. Tanpa menggunakan helem, biasanya bersama kawan-kawan seusia mereka akan berjalan-jalan keliling kampung dengan motor mereka yang telah dimodifikasi. Tebar pesona..

Lain padang lain belalang, lain lubuk lain pulang ikannya. Di daerah lain tentu serupa tapi tak sama dengan di kampung kami. Tapi kami yakin, pasti acara menjelang berbuka ini didominasi oleh anak muda. Tebar pesona, sudah menjadi pemandangan biasa. Yang perempuan bersolek, berbedak yang tebal. Sedangkan bagi lelaki akan lebih lama di muka cermin, mengubah-ubah gaya rambut mereka. Selepas itu mereka akan pergi ke luar rumah, biasanya berkelompok bersama kawan-kawan mereka. Apa tujuan mereka? Apakah hendak menanti waktu berbuka? Bukan tuan, melainkan mencari pasangan.. atau menghabiskan waktu dengan pasangan menjelang berbuka. Sungguh pekak mereka, disaat-saat terakhir puasa mereka malah merusak bahkan mungkin saja membatalkan puasa.

Demikianlah tuan, bagaimana dengan tuan dan engku..?



sumber dari: soeloehmelajoe.wordpress.com

No comments:

Post a Comment