Bermulanya semester 2 tahun
2011 di Mu'tah University, Jordan ini, aku membuat keputusan mendaftar 5 subjek.
Salah 1 subjek yang aku daftarkan ialah subjek 'ijaz Al-Quran yang
akan diajar oleh Doktor Nail Abu
Zeid. Disini aku dapat sedikit sebanyak info / pengenalan berkenaan ilmu
'ijaz Al-Quran untuk dikongsikan bersama.
Secara bahasa
i’jaz berarti melemahkan, sehingga tujuan diberikannya mukjizat kepada
para Nabi adalah agar mereka dapat menunjukkan kebenaran tentang
kenabian/kerasulan serta risalah yang mereka bawa. Ada banyak ragam mukjizat
yang diberikan oleh Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya dalam sejarah umat
manusia, namun kemukjizatan yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad yaitu
al-Qur’an merupakan sebuah hal yang paling istimewa. Di sinilah arti penting
pembahasan mengenai i’jaz al-Qur’an perlu mendapatkan perhatian utama,
baik dalam kajian ulum al-Qur’an, maupun kajian-kajian keislaman lainnya
menyangkut aspek teologi, hukum, dan ilmu bahasa Arab secara umum.
Keistimewaan kemukjizatan
al-Qur’an dibandingkan dengan mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah kepada para
Nabi sebelum kedatangan Muhammad sebenarnya cukup mencolok. Perhatikan misalnya,
Nabi Musa diberikan 9 macam mukjizat yang mengatasi tantangan ilmu sihir yang
dibawakan oleh tukang-tukang tenung Fir’aun dalam membuktikan kebenaran risalah
Allah yang termuat dalam kitab suci Taurat. Di antara sembilan tanda
(ayat) yang menandai mukjizat yang diberikan kepada Musa adalah
tongkatnya yang ketika dilemparkan berubah menjadi ular besar, dan tangannya
menjadi putih bersinar ketika dimasukkan ke dalam saku (lihat QS 27:10-13 dan QS
28:31-32). Maka dapat disimpulkan bahwa mukjizat yang menjadi pendukung bukti
kebenaran risalah Allah tersebut merupakan elemen-elemen external dan bukan teks
kitab suci yang diberikan. Begitu juga Nabi Isa diberikan oleh Allah beberapa
macam mukjizat yang mengatasi keunggulan yang dimiliki kaumnya dalam bidang ilmu
pengobatan, seperti menciptakan burung dari tanah, menyembuhkan orang buta dan
penyakit kusta, serta mengeluarkan orang mati dari dalam kubur dengan seizin
Allah (QS 3:49, dan QS 5:110). Kesemua kemampuan yang menandai kebenaran risalah
yang ia bawa di dalam kitab suci Injil. Mukjizat-mukjizat tersebut, sama seperti
yang sebelumnya diberikan kepada Musa, merupakan elemen-elemen eksternal, dan
bukan teks kitab suci Injil yang diwahyukan kepadanya. Di sini, keistimewaan
al-Qur’an dibandingkan dengan teks-teks kitab suci agama samawi lainnya terletak
pada kenyataan bahwa Allah menurunkan al-Qur’an sebagai pesan yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad yang memuat risalah yang diberikan kepadanya, sekaligus
teks al-Qur’an itu sendiri menjadi bukti bagi kebenaran risalah yang terkandng
di dalamnya.
Salah satu tanda yang
membuktikan kemukjizatan al-Qur’an adalah ketidakmampuan kaum Quraisy menandingi
tantangan al-Qur’an. Dari tantangan yang paling berat untuk mendatangkan yang
semisal dengan al-Qur’an (QS 17:88), yang kemudian dikurangi hanya dengan 10
surat (QS 11:13-14), dan bahkan terakhir mereka ditantang untuk membuat satu
surat saja yang semisal dengan al-Qur’an (QS 10:38; dan QS 2:23), jika mereka
merasa mampu menandingi al-Qur’an. Kesemua tantangan tersebut tidak dapat
dipenuhi, bukan saja oleh kaum Quraisy yang terkenal dengan kemahiran membuat
syair-syair jahiliah, bahkan oleh manusia dan jin sekiranya mereka bekerjasama
satu sama lain. Di sini, nampak bahwa kemukjizatan al-Qur’an ditunjukkan dengan
ketidakmampuan seluruh elemen alam semesta menandingi kebagusan bahasa
al-Qur’an, keutamaan isinya baik dalam ilmu yang dikandung maupun syariat yang
dibawakan dalam memelihara hak-hak manusia. Walhasil, teks al-Qur’an merupakan
mukjizat, yaitu mukjizat yang lekat bersama pesan yang diwahyukan. Dengan kata
lain, al-Qur’an memuat dua entitas sekaligus (two in one), yaitu
kebenaran dan bukti atas kebenaran itu. Inilah yang menandai keutamaan mukjizat
al-Qur’an, dibanding dengan mukjizat yang diberikan kepada para Rasul
sebelumnya, bahkan dibandingkan dengan kitab-kitab suci yang diturunkan kepada
mereka. Atas dasar kemukjizatan al-Qur’an inilah maka keterpeliharaan al-Qur’an
menjadi sebuah kemestian. Ketidakmampuan manusia dan bahkan jin seluruhnya untuk
menandingi al-Qur’an berlaku tidak mengenal batas waktu. Dengan begitu, jaminan
pemeliharaan al-Qur’an (QS 15:9) menjadi salah satu bentuk kemukjizatan
al-Qur’an yang menandai keistimewaaanya dibandingkan dengan kitab-kitab suci
terdahulu.
Tentang penjelasan
mendetail yang menerangkan definisi i’jaz, perspektif dalam pandangan ulama,
unsur-unsur yang menandai kemukjizatan al-Qur’an dapat dilihat dalam literatur
ulumul Qur’an, seperti: (1) Manna’ Qattan, Mabahis, 257-280; (2) Subhi
Salih, Mabahis, 313-333, dan 334-340; Mafhum al-Nas, 155-178;
al-Itqan, ii/116-125. Untuk karya khusus yang membahas tentang i’jaz
al-Qur’an dapat pula dilihat dalam karya-karya ulama klasik seperti kitab
i’jaz al-Qur’an karya al-Baqillani, atau kitab Dala’il al-I’jaz
karya Abd al-Qahir al-Jurjani. Karya ulama kontemporer tentang i’jaz
adalah Mu’jizatul Qur’an karya Mutawalli Sya’rawi.
Semoga bermanfaat dikongsi
bersama....
sumber dari: zamzammilzain.blogspot.com
No comments:
Post a Comment