Pages

Thursday 13 March 2014

Catatan Wanita yang Mengalami Menopause Dini





Pesona Menopause


Menopause bukan berarti masa yang suram. Banyak hikmah yang bisa diambil dari  fase  ini,  seperti pengalaman Diah Daruwati ketika ia mengalami menopause dini.

Desember  2005

Bulan ini usia saya tepat 40 tahun, bertepatan dengan bulan Ramadan. Tapi anehnya,
haid saya tidak kunjung datang, sementara sampai bulan lalu haid saya teratur.
Saya pikir mungkin saya stres menghadapi pekerjaan kantor. Diam-diam sebetulnya saya
senang, karena tidak mengalami sakit perut seperti biasanya jika saat saya haid.
Dan lagi, berarti saya bisa puasa penuh satu bulan.

Tapi karena sering buang air kecil, terutama setelah buka puasa, saya tidak bisa
salat tarawih berjamaah di masjid. Keringat rasanya juga bertambah banyak, dan
mengucur sepanjang hari. Akibatnya  saya jadi kurang percaya diri, terutama jika
sedang kerja di  kantor.

Menurut para staf di kantor, saya juga berubah secara emosional. Kata mereka, kini
saya lebih welas asih. Apakah berarti saya tidak setegas dulu? Memang, jika
diperhatikan, mood saya cepat berubah-ubah, kadang mudah terharu, tapi juga cepat
tersinggung. Lebih sensitif.

Namun yang menjadi beban pikiran saya adalah perubahan dalam urusan  seksual.
Entah kenapa, saya jadi kurang bergairah jika ‘didekati’ suami. Padahal kami menikah baru
6 tahun.  Saya sudah mencoba memakai krim dari toko obat yang katanya manjur untuk
membangkitkan gairah seksual. Bukannya berhasil, justru membuat saraf saya 'kebal rasa'.
Februari 2006
Ini bulan ketiga saya tidak mengalami haid. Rasanya, kecil kemungkinan kalau
saya hamil – apalagi saya sudah mengetesnya dengan
test pack dan hasilnya negatif.
Dari beberapa referensi yang saya baca, apa yang saya alami ini adalah gejala
menopause.

Gangguan yang saya alami bertambah parah. Saya semakin sering buang air kecil,
keringat bertambah banyak sepanjang hari, tubuh cepat lelah, ditambah lagi sering
sakit kepala, dan tidak bisa tidur tanpa sebab yang jelas. Kulit  saya juga lebih 
kering dan wajah tampak kusam. Saya sampai stres memikirkannya.

Saya belum yakin sepenuhnya bahwa ini gejala menopause, karena berhentinya haid  saya
sangat tiba-tiba. Lagipula, saya kan baru 40, belum waktunya menopause. Namun, tak urung
saya cemas juga. Saya pun memutuskan, ika bulan depan belum ada perubahan, saya akan
berkonsultasi ke dokter ahli. 
   
Maret 2006
Akhirnya saya mendatangi dokter ahli menopause – Prof. Dr. Med Ali Baziad, SpOG (K)-
yang saya ketahui namanya dari sebuah majalah. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan,
Dokter Ali memastikan bahwa saya telah memasuki menopause. Saya cukup kaget.
Bukankah seharusnya saya melewati masa perimenopause dulu? Yaitu haid muncul
tidak teratur secara bertahap, baru kemudian berhenti sama sekali. Yang terjadi
pada saya cukup mendadak. Sementara saya dan suami berencana memiliki anak kedua
--anak pertama lahir setahun lalu.
   
Pendapat yang mengatakan bahwa menopause itu 'menakutkan' dan hanya terjadi pada
wanita usia 50-an tahun, sempat membuat saya
down. Namun untungnya dokter memberi
informasi dan respon yang membuat saya tenang dan merasa nyaman. 'Banyak wanita
yang seumur hidup mereka tidak pernah haid, tapi tidak menemui masalah,' begitu
kata dr. Ali.
   
Karena gejala menopause yang saya alami cukup berat, dokter menyarankan saya untuk
melakukan terapi hormonal (
Hormone Replacement Therapy atau HRT). Sebelumnya ia
mengatakan bahwa bila saya masih ingin memiliki anak lagi, bisa diusahakan agar
saya haid kembali, karena menopause saya tergolong dini. Namun terapinya cukup
berat. Namun suami saya berpendapat lain. Baginya, yang terpenting adalah saya merasa
nyaman. Tentang anak bisa dipikirkan kemudian. Saya sungguh bersyukur  memiliki suami
yang sangat mendukung.
   
Dokter memberi saya tablet untuk HRT dan multivitamin yang harus diminum setiap
hari. Hanya berselang 3 hari, saya langsung merasakan perubahan. Gejala-gejala
menopause yang mengganggu itu hilang. Dokter juga menyarankan saya untuk rajin
berolahraga, terutama jalan kaki, agar metabolisme tubuh berjalan lebih baik, serta
banyak makan bengkuang yang kaya akan fitoestrogen (estrogen alami).


Seperti dikisahkan kepada Pesona.



sumber dari: pesona.co.id/sehat

No comments:

Post a Comment