Harigini apapun bisa kita keluhkan: bawang mahal, daging sapi mahal, macet, listrik padam, sekolah mahal, cuaca panas, kehujanan, dan sebagainya. Kalau ada aplikasi penghitung keluhan di twitter dan facebook, pasti bisa tampak bagaimana keluhan mendominasi corong dunia maya kita.
Keluhan memang bisa menggelinding seperti bola salju, membesar, dan akhirnya didengarkan oleh pihak yang kita keluhkan. Tapi adakalanya yang kita keluhkan itu absurd karena kita tidak bisa berbuat apa-apa. Seperti cuaca misalnya, karena tidak tahu harus ngomeli siapa (masa ngomeli Allah?) akhirnya menyampah di corong dunia maya. Kita memaki, berkelakar dan mencela cuaca. Padahal secara tidak langsung itu menyumpahi Allah lo, hayooo….
Dibandingkan dengan melapor terus-menerus tentang keluh kesah yang tak ada habis-habisnya di twitter dan facebook, sebenarnya kita punya banyak pilihan. Apalagi jika mengeluhnya di twitter, seperti bicara pada ruang hampa, tidak ada yang peduli. Lega mungkin iya karena uneg-uneg keluar, tapi kan tidak ada solusi. Hidup jadi terlihat menyebalkan.
Yuk bantu saya melihat pilihan-pilihan yang lebih cerdas ketimbang mengeluh:
- Cari kepastian. Misalnya, listrik mati. Apa yang biasanya langsung kita lakukan? Lapor ke twitter? Nah, coba lain kali telpon PLN. Saya paham, banyak telpon layanan masyarakat yang susah dihubungi. Telpon semua nomer yang terdaftar di database Telkom. Salah satu pasti akan merujuk ke satu nomer, lalu simpan nomer tersebut. Tanyalah kapan listrik akan dinyalakan. Kepastian akan membuat kita memaklumi keadaan, menunggu masalah teratasi dan berhenti mengeluh. Percayalah, sesusah-susahnya meminta kepastian pada petugas PLN, masih lebih susah meminta kepastian pada laki-laki hidung belang blonteng.
- Cari kegiatan lain. Hari-hari mengeluhkan macet tapi mau tak mau lewat situ lagi besoknya, dan besoknya lagi, sampai sepuluh tahun kedepan. Sepuluh tahun mengeluh? Cckckckkk…. Sayang sekali kesempatan yang diberikan Allah pada seorang pengeluh. Padahal kesempatan yang sama jika diberikan pada orang lain bisa dimanfaatkan untuk berkarya. Berkarya ditengah macet? Iya! Berkarya kan tidak harus belepotan pewarna batik. Berkarya tidak perlu panggung yang luas. Manfaatkan gadget untuk membuat proposal kegiatan, menulis novel, bahkan ngeblog. Tentu saja itu bagi yang punya sopir, baik sopir pribadi maupun sopir metromini. Bagi yang nyetir sendiri, bisa kok menangkap momen tersebut dengan kamera ketika kendaraan tidak bergerak.
- Cari kenalan. Kehujanan? Jangan mengeluh. Berteduh saja, santai, dan cari kenalan. Daripada kedinginan, meringkuk dan berdialog dengan gadget (heheheee….) lebih baik berdialog dengan sekitar. Kehangatan yang tercipta dari obrolan ringan bisa menambah cakrawala berpikir kita, mungkin bisa memberi inspirasi atau ide, mungkin bisa kita tambahkan dalam network kita.
- Turunkan ekspektasi. Aim high, kata orang-orang marketing. Saya sangat setuju. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita harus menurunkan ekspektasi agar tidak stress. Misalnya soal trendy ini, betul, soal bawang. Bawang mahal. So what? Apakah mengeluh di socmed ada hasilnya? Tidak! Cuma memasukkan kita ke mainstream para pengeluh. Peduli apa bawang mahal? Emak Ika Rahma memberi solusi sementara dengan garlic powder yang harganya hanya Rp 9600 per pak di supermarket. Masalah selesai! Tapi para pengeluh belum bisa terima, karena rasa bawang asli tentunya tak sama dengan garlic powder. Memang benar, tapi apa yang bisa anda lakukan? Mengeluh lanjutan?
- Hitung ulang. Bahan bakar minyak naik. Lalu apa? Kita ikut-ikutan berpolemik padahal kita juga tidak paham besaran subsidinya, mengapa begitu dan apa bahayanya bagi keuangan negara. Lebih baik kita mencari solusi terhadap diri kita sendiri, daripada ikut-ikutan ribut tidak jelas. Bukannya tidak peduli pada perkembangan bangsa, melainkan karena tidak paham. Ahli ekonomi saja puyeng. Seperti celetukan teman group BBM saya, “Gajimu enggak cukup untuk mikir itu!” Hahahaaa…. Daripada mengeluh panjang, membuat hari kita menyebalkan, nafas naik turun dengan cepat karena emosi, lebih baik kita hitung ulang kebutuhan harian bbm kita. Setelah itu kita lihat, jika jadi naik, berapa yang harus kita keluarkan. Kita cari alternatif ngirit misalnya memikirkan rute sebelum bepergian untuk seharian besok agar tidak bolak-balik, jalan kaki ke warung, dan sebagainya.
sumber dari: burselfwoman.com
No comments:
Post a Comment