Pages

Friday, 28 February 2014

Percakapan Hati




419963 2260817338994 1949849548 n Percakapan Hati Dengan Langit Langit Kamar


AKHIRNYA hanya bisa bermuhasabah diri. Membuka percakapan dengan hati, tentu yang jadi saksi, Allah, selain itu, ya langit-langit kamar, lemari, jam dinding, juga bantal buluk, he.

Baru saja satu jam yang lalu buka buku Tarikh Rasulullah, dan membaca soal detik-detik kepergian Rasul. Ya Allah, beliau pergi dengan meninggalkan pesan, ummati, ummati, ummati.

Perjuangannya, pengorbanannya, tak sebanding bahkan JAUH dari apa yg aku lakukan hari ini. Aku siapalah aku. Hanyalah seonggok daging bernyawa, yang hina namun Karena Allah akulah manusia, anak cucu Adam. Tapi sungguh ya Rasul, kepergianmu musibah terbesar bagi ummat.

Zha, apakah bangga dengan Ilmu yang kau punya? bangga dengan apa yang kau miliki? Sedangkan kau tak lebih dari seorang manusia biasa, yang tidak akan dipandang Rabb-mu, andai Ilmu yang kau punya hanya kau timbun, lalu menguap dengan sendirinya, terhempas kedasar bumi,
tanpa sempat kau amalkan.

Zha, Ilmumu bukan semata- semata untuk riya. Apa kau tau? Amal Ibadah takkan berguna jika Riya’ ada d’hatimu! Terbang bak debu yang ditiup angin. Tak sayangkah? tak sayangkah dengan energi dan waktu yang kau curahkan untuk berk0ar-koar sementara hatimu riya’,sementara kau ingin dipuji, sementara kau tak pernah melaksanakannya, padahal allah sangat membenci, orang-orang yang hanya pandai ng0m0ng,tapi enggan melakukan apa yg di0m0ngkan!

Kalo hatimu ada rasa riya’, dan somb0ng lantaran Ilmu yg kau punya. Tuh liat Iblis tepuk tangan, ah payah, ga bisa liat kan? Padahal ia bisa liat kamu.

Pukulan bagiku Ya Allah. Hantaman keras untukku Ya Rasul. Jika amanahmu tak kusampaikan, dan jikapun ku sampaikan, itu tak mampu ku lakukan. Ampuni hambamu ya Allah, yang terkadang hati menjadi angkuh, yang seringkali hati menjadi s0mb0ng, yang acapkali lisan mencela, mengumpat, dan mencaci.



sumber dari: islampos.com

Berkhianat Kepada Palestina




palestine1 268x300 Ibu Ini Rela Anaknya Dihukum Mati Karena Berkhianat Kepada Palestina


AGRESI militer Israel yang berlangsung kurang lebih satu pekan dan telah merenggut ratusan orang Palestina, di antaranya 36 adalah anak-anak. Agresi militer ini, ternyata tidak pula lepas dari orang Palestina.

Anak muda di atas (tampak dalam gambar) tengah diinjak kepalanya oleh seorang ibu. Tahukah siapa yang menginjak kepala anak muda itu?

Perempuan itu adalah ibu dari anak muda tersebut. Si ibu merasa malu dan mendapatkan aib karena anaknya telah memberikan info kepada intelejen Israel perihal keberadaan para pejuang Palestina.
Ibu itu jelas yang mengandung, dan membesarkannya, akan tetapi ibunya tampkanya si ibu ikhlas melihat anaknya dihukum mati di depan umum, supaya memberi pelajaran bagi yang lainnya.

Ia sendiri, walau dengan hati hancur, menginjak anaknya itu. Melihat kejadian ini, beberapa orang berkomentar,

“Sang ibu menginjak kepala darah dagingnya sendiri karena di sana ada tujuan yang lebih kuat dan lebih mulia yaitu tanah dan kehormatan Palestina.”



sumber dari: islampos.com

Mengapa Harus Tilawah Quran Selama Ramadhan




women reading quran Mengapa Harus Tilawah Quran Selama Ramadhan


BULAN Ramadhan adalah bulan Al-Quran. Karena pada bulan inilah Al-Qur’an pertama kali diturunkan dari lauhul mahfuz ke langit dunia secara sekaligus, lalu dari langit dunia di turunkan ke bumi secara berangsur-angsur dan diterima oleh nabi Muhammad saw. Allah berfirman:
 
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil),” (Al-Baqarah: 185).
 
Bahwa Al-Qur’an merupakan sumber kemuliaan dan kekuatan bagi umat Islam. Melalui Al-Qur’anlah manusia mendapatkan kemuliaannya dan menemukan kebahagiaannya; baik di dunia maupun di akhirat. Adapun bentuk kemuliaan yang terpancar dari Al-Qur’an sangatlah jelas dan gamblang; karena ia sebagai kitab yang disucikan dan kitab yang dimuliakan, seperti yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya : “Dan demi Al-Qur’an yang Mulia,” (Qaf:1).
 
Allah juga berfirman: “Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka Apakah kamu tiada memahaminya?” (Al-Anbiya:10).
 
Adapun silsilah kemuliaan yang terpancar dari Al-Qur’an itu sendiri dapat kita temukan melalui beberapa hal berikut;
 
1. Bahwa Zat yang menurunkan Al-Qur’an adalah Zat Paling Mulia yaitu Allah SWT;
 
2. Manusia pertama yang menerima Al-Qur’an adalah sosok paling mulia, berpredikat sayyidul anbiya wal atqiya (penghulu para nabi dan orang-orang bertaqwa), bahkan beliau juga sebagai sosok yang paling mulia dari para nabi dan para rasul serta seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini sehingga wajar beliau dijuluki dengan khairul basyariyah (sebaik-baik manusia) yaitu Nabi Muhammad saw;
 
3. Tempat diturunkannya Al-Qur’an adalah tempat yang paling mulia di muka bumi ini, yang diberi julukan sebagai tanah haram (tanah yang disucikan), dan sebagai ummul qura (yaitu Makkah Al-Mukarramah.
 
4. Bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an adalah bulan yang paling mulia; yaitu bulan Ramadhan yang memiliki julukan sayyidus syuhur (penghulu bulan)
 
5. Waktu diturunkannya Al-Qur’an juga merupakan waktu yang paling mulia disisi Allah SWT yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan)  seperti yang disebutkan dalam surat Al-Qadar: ayat 1-5; yaitu kemuliaan dan lailatul mubarakah (malam penuh keberkahan) seperti yang difirmankan Allah dalam surat Ad-Dukhan ayat 3, dan menjadi malam yang sangat mulia yang disebut dengan lailatul qadar (malam kemuliaan) dan malam seribu bulan.
 
Oleh karena itu, setiap hamba Allah (umat Islam) yang ingin mendapatkan kemuliaan di sisi Allah, maka harus banyak berinteraksi dengan Al-Qur’an; baik dengan membaca, memahami, menyimak, mentadabburkan, menghafal dan mengamalkan kandungan isi Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, serta mengajarkannya kepada orang lain.
 
Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mau belajar Al-Qur’an dan mau mengajarkannya”.(Bukhari dan Ashabus sunan)
 
Dan Allah SWT juga berfirman: “Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka Apakah kamu tiada memahaminya?” (Al-Anbiya:10).
 
Di sinilah letak kebahagiaan yang dapat diperoleh setiap hamba ketika mendapat kesempatan mengarungi kehidupan di bulan Ramadhan; selain puasa, qiyamulail lail, juga tadarrus Al-Qur’an, yang merupakan sumber kemuliaan Islam dan umatnya.
 
Adapun puncak kebahagiaan yang akan diraih bagi siapa yang membaca Al-Qur’an dapat kita simpulkan beberapa hal berikut;
 
1. Mendapatkan syafaat di yaumil akhir.
Nabi saw bersabda:  “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an akan memberikan syafaat bagi yang membacanya pada hari kiamat”. (Muslim)
 
2. Dilipat gandakannya pahala sepuluh kali lipat.
Sebagaimana hadits nabi saw:  “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an) maka baginya satu ganjaran, dan akan dilipatgandakan dari setiap ganjaran sepuluh kali lipat, saya tidak katakan alif lam mim satu huruf, namun alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim adalah satu huruf”. (Tirmidzi).
 
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra. berkata : Rasulullah saw bersabda :  
 
“Bagi siapa yang membaca Al-Quran dengan mahir maka ganjarannya akan didudukkan bersama para malaikat yang mulia dan baik, dan bagi siapa yang membaca Al-Quran namun terbata-bata di dalamnya dan terasa berat atasnya maka baginya dua ganjaran”. (Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i)
 
3. Sebaik-baik manusia adalah yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Tirmidzi, Nasa’I dan Abu Daud dari Abu Musa Al-Asy’ari ra. bahwa Rasulullah saw bersabda :
 
“Perumpamaan orang mu’min yang membaca Al-Quran seperti buah utrujah : baunya wangi dan rasanya enak –manis-, dan perumpamaan orang beriman yang tidak membaca Al-Quran seperti buah Tamr –Korma- tidak memiliki bau namun rasanya manis, dan perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Quran seperti Raihanah –parfum- baunya wangi namun rasanya pahit, dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Quran seperti buah handzolah : tidak ada bau dan rasanya pahit…”
 
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim dan Nasa’i dari Abdullah bin Umar bin Al-Khattab ra. bahwa Rasulullah saw bersabda :
 
 “Sesungguhnya perumpamaan penghafal Al-Quran seperti pemilik seekor unta yang ditambatkan, jika dia mengikatnya maka dia tidak akan lepas dan pergi, namun jika dia melepas ikatannya maka dia akan pergi…” dan ditambahkan oleh imam Muslim :  “Dan jika penghafal Al-Quran membaca dan menikmati kandungannya, maka dia akan datang pada hari kiamat memberi syafaat kepadanya.”
 
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari An-Nawas bin Sam’an berkata : Saya mendengar ra. Rasulullah saw bersabda :  “Akan didatangkan pada hari Kiamat dengan Al-Quran dan orang-orang yang mengamalkannya di dunia terutama –yang mengamalkan- surat Al-Baqarah dan Ali Imran dan Rasulullah saw memberikan tiga contoh yang tidak terlupakan setelahnya, dia berkata sekan keduanya dua awan atau dua payung hitam diantara keduanya cahaya atau seakan keduanya dua sayap dari burung yang berbulu yang keduanya akan memberi hujjah –pembelaan- bagi peiliknya (membaca dan mengamalkannya).”
 
4. Diangkatnya derajat satu kaum. Suatu kaum akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT karena interaksi dengan Al-Qur’an Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Umar bin Al-Khattab ra. bahwa Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum melalui Kitab ini –Al-Quran- dan merendahkan yang lainnya..”.
 
Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash ra. dari Nabi saw bersabda : “Akan dikatakan kepada siapa yang membaca Al-Quran : Bacalah dan lemah lembutnya, bacalah dengan tartil sebagaimana kamu membacanya di dunia dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu dengan yang lainnya terdapat pada satu ayat yang kamu baca…”
 
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abdullah bin Umar bin Al-Khattab ra. dari Nabi saw bersabda : “Tidak boleh ada Hasad –dengki- kecuali pada dua hal : kepada seseorang yang diberi oleh Allah Al-Quran lalu ia mengamalkannya sepanjang malam dan siang hari, dan kepada seseorang yang Allah anugerahkan kepadanya harta dan ia menginfakkannya sepanjang malam dan siang hari…”
 
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Daud dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw bersabda :  “…Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitabullah –Al-Quran-, dan saling mengajarkannya di antara mereka kecuali turun di tengah-tengah mereka ketenteraman, dinaungi rahmat dan dikelilingi para malaikat serta Allah SWT menyebut-nyebut mereka kepada siapa yang berada di sisi-Nya.”
 
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Jabir bin Abdullah ra. Berkata: Rasulullah saw bersabda : “Bacalah Al-Quran, karena semuanya banyak mengandung kebaikan.” Nabi juga bersabda: “Ibadah yang paling utama bagi umatku ialah membaca Al-Quran”. (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam Fadha’ilul-Quran).
 
Di dalam sebuah hadits dari ‘Abdullah bin Mas’ud Rasulullah saw bersabda:  “Sesungguhnya Al-Quran ini adalah hidangan Allah, oleh karena itu hendaklah kamu menyebutnya dengan kekuatan yang kamu mampu menyebutnya. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah tali Allah, cahaya yang terang benderang dan penawar yang berguna. Penjaga kepada siapa yang berpegang kepadanya, jaminan kejayaan bagi yang mengikutinya. Ia tidak salah yang menyebabkan ia tercela, ia tidak bengkok yang menyebabkan ia perlu dibetulkan, keajaibannya tidak kunjung habis dan ia tidak menjadi cacat sekalipun banyak (kandungannya) ditolak orang. Bacalah Al-Quran karena Allah akan memberi ganjaran ke atas setiap huruf dari bacaanmu dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan kepadamu Alif, Lam, Mim itu satu huruf tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (Al-Hakim).
 
Dalam satu wasiat kepada Abu Zar Rasulullah berkata: “Kamu wajib melazimkan dirimu membaca Al-Quran karena ia adalah cahaya untuk kamu di bumi dan perbendaharaan untuk di langit.” (Ibnu Hibban).
 
Karena itulah membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadhan merupakan aktivitas yang harus di giatkan dan diperbanyak; baik pagi, siang atau malam hari. Dan Menjadikannya sebagai wirid harian. Paling tidak ada 3 wirid harian Qur’ani yang dapat dilakukan, guna mendapatkan julukan sebagai ahlul Qur’an dan mendapatkan al-karamah (kemuliaan) was sa’adah (kebahagiaan) melalui Al-Qur’an, serta kelak mendapatkan syafaat pada hari kiamat.
 
Rasulullah saw bersabda: “Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada hamba di hari Kiamat, puasa akan berkata : “Wahai Rabbku, aku akan menghalanginya dari makan dan syahwat, maka berilah dia syafaat karena ku”. Al-Qur’an pun berkata : “Aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka berilah dia syafaat karena ku” Rasulullah saw bersabda : Maka keduanya akan memberi syafaat” (Ahmad, Hakim, Abu Nu’aim; sanadnya Hasan)
 
Wirid Pertama Wirid Dalam Membaca Membaca Al-Quran sesuai dengan adab-adabnya, kaidah-kaidahnya serta sunnah-sunnahnya, dan membacanya tidak kurang dari satu juz Al-Quran setiap hari, sehingga bisa mengkhatamkan Al-Quran setiap bulan satu kali, -sebagai batasan terendah yang ditetapkan oleh Rasulullah saw kepada pembaca Al-Quran- atau dapat lebih bagi yang ingin mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan lebih banyak lagi, apalagi pada bulan yang penuh berkah ini.
 
Wirid Kedua : Wirid Menghafal Yaitu berusaha menghafal Al-Quran setiap hari satu ayat atau dua atau tiga ayat, lalu mengulangi hafalannya dan memperbaikinya setiap hari, sehingga waktu yang berjalan beberapa tahun dapat menghafal Al-Quran secara keseluruhan dengan baik dan benar, memang sulit untuk mampu menghafal Al-Qur’an secara keseluruhan, selain banyak rintangan, cobaan, gangguan, juga karena faktor azam (kesungguhan) dalam jiwa seseorang, sehingga kesulitan untuk menghafal Al-Qur’an.
 
Wirid Ketiga : Wirid Tadabbur Yaitu dengan melakukan langkah-langkah yang terprogram; menerapkan program setiap hari satu ayat, dua , atau tiga ayat atau lebih dari itu. Berusaha untuk hidup dengannya dalam dirinya atau anggota tubuhnya. Dan dengan demikian, waktu-waktunya akan selalu dilewati dengan mentadabburkan Al-Qur’an, sehingga dalam beberapa tahun lamanya akan mampu mengkhatamkannya, khususnya dalam mentadabburkan Al-Quran, berinteraksi dengannya, menafsirkannya, memahaminya dan menguasainya. Marilah kita jadikan membaca Al-Qur’an bagian untuk meraih jutaan kebaikan, kemuliaan dan kebahagiaan. Imam At-Tirmidzi dalam hadits Hasan Shahih dari Abdullah bin Mas’ud ra.
 
Meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an) maka baginya satu ganjaran, dan akan dilipatgandakan dari setiap ganjaran sepuluh kali lipat, saya tidak katakan alif lam mim satu huruf, namun alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim adalah satu huruf,” (Tirmidzi).
 
Sederhananya kita bisa katakan: Satu juz Al-Qur’an kira-kira berjumlah 7000 huruf; 1 huruf dikalikan dengan 10 kebaikan x pahala 70 kewajiban = 4.900.000 (empat juta sembilan ratus ribu) kebaikan. kita bisa membaca satu juz paling lama kira-kira 40 menit. Jika kita mampu mengkhatamkan Al-Qur’an satu kali saja di bulan Ramadhan, maka biidznillah kita bisa meraih 147 juta kebaikan. Dan jika kita mampu mengkhatamkan tiga kali, 147 x 3 = 441 juta kebaikan. Sungguh, Allah swt. akan melipat-gandakan pahala kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, berlipat-lipat.



sumber dari: islampos.com

Mengapa Harus Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jumat?




boy reading quran flick cc Mengapa Harus Membaca Surat Al Kahfi di Hari Jumat?


“BARANG siapa membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum’at, niscaya ia akan diterangi oleh cahaya antara dua Jumat,” (HR Hakim 3349).

Muaz Ibnu Anas Al-Juhari, Nabi SAW bersabda: “Siapa yang membaca dari Surah Al-Kahfi, maka jadilah baginya cahaya dari kepala hingga kakinya dan siapa yang membaca keseluruhannya, maka jadilah baginya cahaya antara langit dan bumi,” (HR Ahmad).

Rasulullah SAW Bersabda: “Barang siapa membaca Surah Al Kahfi pada hari Jum’at, maka Dajjal tidak bisa memudharatkannya,” (HR-Dailami).

Nabi Muhammad SAW telah memerintahkan untuk membaca awal-awal surat Al Kahfi agar terlindung dari fitnah Dajjal. Dalam riwayat lain disebutkan akhir-akhir surat Al Kahfi yang dibaca. Intinya, surat Al Kahfi yang dibaca bisa awal atau akhir surat. Dan yang lebih sempurna adalah menghafal seluruh ayat dari surat tersebut.

Dari Abu Darda’, Nabi saw bersabda: “Barang siapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al Kahfi, maka ia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal,” (HR. Muslim).

Imam Nawawi ra berkata, “(Kenapa yang dianjurkan untuk dibaca adalah surat Al Kahfi?) Karena di awal surat tersebut terdapat ayat-ayat yang menakjubkan. Siapa yang mau merenungkannya, niscaya ia akan terlindungi dari fitnah Dajjal. Sebagaimana pula dalam akhir-akhir ayat surat tersebut, Allah berfirman, “Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil (hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku?),” (QS. Al Kahfi: 102)” (Syarh Shahih Muslim, 6: 93).

Dan di antara waktu yang terbaik untuk membaca surat Al Kahfi adalah di hari Jum’at.



sumber dari: islampos.com

Mengapa Kita Harus Membaca Al-Quran Setiap Hari





al quran1 300x199 Mengapa Kita Harus Membaca Al Quran Setiap Hari


SEORANG Muslim tua Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda.

Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Quran di meja makan di dapurnya. Cucu lelaki nya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya.

Suatu hari sang cucu nya bertanya, ” Kakek! Aku mencoba untuk membaca Qur’An seperti yang kamu lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupak an secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Qur’An? Dengan tenang sang Kakek dengan meletakkan batubara di dasar keranjang, memutar sambil melobangi keranjang nya ia menjawab, ” Bawa keranjang batubara ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air.”Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya.

Kakek tertawa dan berkata, “Lain kali kamu harus melakukukannya lebih cepat lagi,” Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tsb untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi2 keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah. Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakek nya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah dibolongi, maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya.Sang kakek berkata, ” Aku tidak mau ember itu; aku hanya mau keranjang batubara itu. Ayolah, usaha kamu kurang cukup,” maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu.
Cucu nya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakek nya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.

Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai didepan kakek keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata,  “Lihat Kek, percuma!”

“Jadi kamu pikir percuma?” Jawab kakek.

Kakek berkata, “Lihatlah keranjangnya.”

Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam.

“Cucuku,” ujar si kakek kemudian, “hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur’an. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membaca nya lagi, kamu akan berubah, luar dalam.  Itu adalah karunia dari Allah di dalam hidup kita.”



sumber dari: islampos.com

Mengapa Harus Ada Hari Ibu 22 Desember?





hari ibu islampos islammedia 300x300 Mengapa Harus Ada Hari Ibu 22 Desember?


JIKA Anda punya account Facebook, cobalah lihat sejenak apa yang terjadi hari ini Sabtu, 22 Desember. Jika Anda kebetulan membukanya, niscaya ribuan status yang ada di sana berisi tentang pujian, penghargaan, apresiasi, dan segala hal lainnya kepada seorang ibu. Begitu juga di surat kabar, televisi dan media-media lainnya juga sama membahas tentang kemuliaan seorang ibu. 22 Desember memang dinobatkan menjadi Hari Ibu—seperti yang kita ketahui.

Tidak ada yang salah dengan kemuliaan seorang ibu. Islam, sejak keberadaannya dan sejak dibawa oleh Rasulullah, telah meletakkan posisi seorang ibu dengan sangat tinggi. Ibu, ibu, ibu, baru kemudianlah ayah, yang wajib dihormati oleh seorang anak, begitu hadist Rasulullah saw yang sudah terkenal. Pemuliaan kepada seorang ibu terjadi setiap waktu, bukan hanya satu hari saja.

Tentu jika sekarang ada Hari Ibu, maka ada sesuatu yang lain di sana. Hari Ibu adalah hari peringatan/ perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya. Peringatan dan perayaan biasanya dilakukan dengan membebas-tugaskankan ibu dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya. Dan Hari Ibu dilaksanakan di seluruh dunia dengan nama Mother’s Day dengan berbeda-beda tanggalnya.

Menurut Wikipedia, Peringatan Mother’s Day di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah Yunani kuno. Maka, di negara-negara tersebut, peringatan Mother’s Day jatuh pada bulan Maret.
Di Amerika Serikat dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, peringatan Mother’s Day jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei karena pada tanggal itu pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara.

Jadi di sini, Hari Ibu bisa jadi kedudukannya sama dengan Hari Valentine, April Mop, Tahun Baru Masehi, Hari Bumi dan hari-hari lainnya yang bermuara pada kepercayaan pagan Yunani. Merayakannya sama saja dengan mengakui adanya kebiasaan-kebiasaan ritual itu.

Mungkin ada pembenaran; yah, nggak apa-apalah, satu hari dalam satu tahun, seorang ibu libur dulu dari tugas-tugas rutinnya. Ibnu Umar ra berkata, Sabda Rasulullah saw bersabda: “Wanita yang tinggal di rumah bersama anak-anaknya, akan tinggal bersama-samaku dalam surga.” Artinya, tidak ada berhenti atau cuti ketika sudah menjadi ibu—posisi yang sangat mulia dalam kehidupan. Adapun beban pekerjaan, bukankah Islam telah mengatur sedemikian rupa pendelegasian dengan suami hingga semua tugas dibagi rata antara suami dan istri?

Hadist di atas bukannya mengekang seorang perempuan atau seorang ibu. Kita tentu ingat bahwa Rasul juga membuka wilayah sosial untuk para muslimah ketika itu. Ada banyak kisah yang menceritakan keterlibatan para ummahat dalam dakwah Rasulullah, termasuk peperangan.
Lantas, dimanakah posisi lelaki? Mungkin satu hadist ini bisa menjadi petunjuk dari berbagai posisi lelaki dan perempuan dalam Islam, “Satu dinar yang kamu belanjakan ke jalan Allah, satu dinar yang kamu belanjakan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin, dan satu dinar yang kamu belanjakan untuk kepentingan keluarga, yang paling besar pahalanya adalah yang kamu belanjakan untuk kepentingan keluarga.”(HR Muslim).

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)’. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”



sumber dari: islampos.com

Mengapa Doa Ibu Mampu Menembus Langit?




doa seorang ibu2 Mengapa Doa Ibu Mampu Menembus Langit?


BUKANLAH tidak mungkin jika sangatlah banyak orang orang sukses di seluruh dunia ini lantaran mempunyai hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya terlebih kepada ibu. Kenapa? Karena ridha Allah ialah ridha orang tua, dan doa ibu itu sungguh tanpa hijab di hadapan Allah mudah menembus langit. Sehingga doa seorang ibu yang ia dipanjatkan untuk anaknya boleh jadi sangat mudah untuk Allah kabulkan.

Mungkin sebagian orang masih tidak sadar bahwa kemungkinan kesuksesan-kesuksesannya selama ini adalah buah dari doa seorang ibu kepada Allah tanpa ia ketahui. Dan seorang ibu itu tanpa disuruh pasti akan selalu mendoakan anaknya di tiap nafasnya kala bermunajat kepada Allah. Tapi seorang anak belum tentu selalu berdoa untuk orang tuanya.

Barangkali juga kita suka mengeluh tentang sifat buruk orang tua, entah karena ibu nya cerewet, suka ikut campur, suka nyuruh-nyuruh, tidak gaul dan lain sebagainya. Jika seperti ini maka tragis. Kenapa tragis? Karena terlalu fokus dengan secuil kekurangan orang tua dan melupakan segudang kebaikan yang telah diberikan kepada kita selama ini.

Di luar sana mungkin ada orang-orang di pinggir jalanan, di bawah kolong jembatan dan di tempat lainnya mereka juga suka mengeluh, tapi yang mereka keluhkan ialah bukan karena sifat orang tua atau ibu mereka, tapi mereka mengeluh karena mereka tidak punya lagi orang tua.

Bersyukurlah jika masih mempunyai orang tua. Jika ingin tahu rasanya tidak punya ibu, coba tanyakan kepada mereka yang ibu nya telah tiada. Mungkin perasaan mereka sangat sedih dan kekurangan motivasi dalam hidup.

Coba bayangkan jika kita tidak punya ibu, ketika kita akan pergi ke luar rumah untuk sekolah atau bekerja, tidak ada lagi tangan yang bias kita cium. Jika tidak punya ibu mungkin tidak ada lagi makanan yang tersedia di meja makan saat kita pulang. Jika kita tidak punya ibu lagi ketika hari lebaran rumah terasa sepi dan lebaran terasa tanpa makna. Jika kita tidak punya ibu barangkali kita hanya bisa membayangkan wajah tulusnya di pikiran kita dan melihat baju-bajunya di lemarinya.
Banyak di antara kita suka mengeluh tentang sifat negatif ibu kita, tapi kita tidak pernah berfikir mungkin hampir setiap malam ibu kita di keheningan sepertiga malam bangun untuk shalat tahajud mendoakan kita sampai bercucuran air mata agar sukses dunia dan akhirat.

Mungkin di suatu malam beliau pernah mendatangi kita saat tidur dan mengucap dengan bisik “nak, maafkan ibu ya… ibu belum bisa menjadi ibu yang baik bagimu” kita mungkin juga lupa di saat kondisi ekonomi rumah tangga kurang baik, ibu rela tidak makan agar jatah makannya bisa dimakan anaknya. Ketika kita masih kecil ibu kira rela tidur dan lantai dan tanpa selimut, agar kita bisa tidur nyaman di kasur dengan selimut yang hangat.

Setelah semua pengorbanan telah diberikan oleh ibu kita selama ini, lalu coba renungkan apa yang kita perbuat selama ini kepada ibu kita? Kapan terakhir kita membuat dosa kepadanya? Kapan terakhir kita membentak-bentaknya? Pantaskah kita membentak ibu kita yang selama Sembilan bulan mengandung dengan penuh penderitaan? Oleh karena itu maka berusahalah untuk berbakti kepada orang tuamu khususnya kepada Ibumu. Karena masa depan kita ada di desah doa-doanya setiap malam. Dan ingat perilaku kita dengan orang tua kita saat ini akan mencerminkan perilaku anak kita kepada diri kita nanti.

Dan doa ibu itu mampu menembus langit, sangat mustajab di hadapan Allah. maka muliakanlah ibumu.



sumber dari: islampos.com

Pembahagian Harta Pusaka




Pand.Leng. dan Mudah Pembahagian Harta Pusaka


ILMU FARAID ialah ilmu yang menghuraikan cara pembahagian harta peninggalan seseorang kepada ahli waris yang berhak menerimanya. Hukum mempelajarinya adalah fardhu kifayah. Tujuan ilmu faraaid adalah agar pembahagian warisan dilakukan secara adil, tidak ada ahli waris yang dirugikan sehingga tidak ada perselisihan atau perpecahan antara ahli waris kerana pembahagian harta pusaka. Pembahagian harta pusaka pada zaman Arab Jahiliyah (sebelum kedatangan Islam) menampakkan ketidakadilan di antara anak-anak yang belum dewasa (anak yatim) dan isteri yang tidak berhak atas harta pusaka, bahkan isteri pula dianggap sebagai satu harta pusaka untuk diwarisi oleh saudara lelaki daripada pihak suami. Ilmu ini menjadi ilmu yang semakin terpinggir masa kini walaupun ilmu-ilmu lain semakin berkembang dan tersebarluas. 
 
Pengurusan harta pusaka dalam Islam sangat penting terutama dalam zaman moden ini di mana kita berhadapan dengan pelbagai cabaran barn. Antara cabarannya ialah kecenderungan masyarakat kita yang mementingkan kebendaan sehingga boleh mencetuskan pertikaian, perbalahan, pergaduhan serta permusuhan di antara suami isteri, ibu bapa, anak beranak. saudara mara atau sebagainya.Apabila kebendaan dijadikan kayu ukur utama, krisis keluarga lebih mudah berlaku dan rumah tangga mudah menjadi porak peranda. Krisis keluarga akibat kepentingan kebendaan bertambah parah dengan tiadanya kefahaman masyarakat kita tentang ilmu pembahagian harta pusaka atau apa yang disebut sebagai ilmu faraaid.
 
Ilmu faraidh juga merupakan ilmu yang mula-mula diangkat dari dunia ini. Sehubungan dengan ini Rasulullah s.a.w. bersabda. "Hendaklah kamu pelajari ilmu faraidh, maka sesungguhnya ilmu faraaid adalah suruhan dari agama kamu dan hahawasanya ilmu faraaid adalah seperdua daripada ilmu dan yang mula-mula dicabut dari umatku ."(Riwayat Ahmad)
 
Seorang orientalis, Professor N. J. Coulson yang pernah mengajar di School of Oriental and African Studies (SOAS). University of London menyatakan, : "Undang-undang pembahagian harta pusaka dalam Islam merupakan suatu pencapaian teknikal yang mantap dan sayugianyalah ilmuan Islam berasa bangga dalam ketepatan matematik dalam menentukan hak mana-mana waris, dalam keadaan apa sekalipun, boleh ditentukan."
 
Moga buku ini dapat menyedarkan para pembaca terhadap hikmah pensyariatan ilmu faraaid ini terhadap umat manusia keseluruhannya.



sumber dari: hidayah.com.my

Faraid Chart





faraid




sumber dari: eldy7.wordpress.com

Kenapa Perlu Buat Wasiat?





Mengurus Harta Pusaka

WASIAT merupakan satu pengakuan yang dibuat oleh seseorang sama ada secara bertulis, lisan atau dengan isyarat menyatakan bahawa dia mempunyai obligasi atau tanggungan terhadap seseorang lain berkenaan dengan sesuatu hak, yang diperbuat pada masa hayatnya ke atas hartanya atau manfaat untuk menyempurnakan sesuatu bagi maksud kebajikan atau apa-apa maksud yang dibenarkan menurut hukum syarak selepas dia meninggal dunia.


Firman Allah S.W.T.:
“Kamu diwajibkan, apabila seseorang dari kamu hampir mati, jika ia ada meninggalkan harta,
(hendaklah ia) membuat wasiat untuk ibu bapa dan kaum kerabat dengan cara yang baik
(menurut peraturan ugama), sebagai suatu kewajipan atas orang-orang yang bertaqwa.”
SURAH AL-BAQARAH (AYAT 180)

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud :
“ orang yang malang ialah orang yang tidak sempat berwasiat”
-Riwayat Ibnu Majah-

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar; Rasullullah S.A.W bersabda:
“Bukanlah seorang Muslim yang sebenar yang mempunyai harta untuk diWasiatkan untuk tidur
dua malam kecuali Wasiatnya sudah tertulis dan disimpan dibawah kepalanya.”
PETIKAN DARI SAHIH AL-BUKHARI (VOL IV P.1)

Para alim ulama’ telah sependapat bahawa hukum menulis SURAT wasiat adalah sunat muakkad (digalakkan) dan ia boleh menjadi WAJIB sekiranya kita mempunyai hutang. Bermakna WAJIB kita
mengamanahkan WASI untuk melunaskan hutang-hutang kita serta memastikan kebajikan
anak-anak (waris) kita.



sumber dari: pewarisanmd.blogspot.com

MUDAH SAHAJA MENGIRA FARAID SENDIRI








sumber dari: pewarisanmd.blogspot.com

nafi wasiat bapa





2-anak-mohon-ibu-junjung-al-quran-nafi-wasiat-bapa



sumber dari: bisnesmuslim.com

Mengelola Harta Anak Yatim





Pada ulama menyebut orang yang mengurusi harta anak yatim dan menanggung penghidupan mereka dengan washi atau wali. Merekalah yang memikul amanah pemanfaatan harta anak yatim untuk kepentingan si yatim dan hartanya dengan sebaik-baiknya.

Imam al-Bukhari rahimahullah di dalam kitab Shahihnya membuat bab, ”Bab apa yang boleh dilakukan oleh washi atau wali terhadap harta si yatim dan apa yang boleh ia makan darinya sekadar kerepotannya.” Lalu beliau membawakan atsar dari Aisyah radhiyallahu ’anha tentang ayat :
(Barangsiapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu). Dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut) (QS. An-Nisa [4] : 6).

Aisyah radhiyallahu ’anha mengatakan : ”Ayat tersebut diturunkan pada haknya wali anak yatim. Boleh baginya mengambil bagian dari harta anak yatim. Boleh baginya mengambil bagian dari harta anak yatim apabila dia memang butuh kepada harta tersebut, sebatas apa yang ia berhak atasnya dengan cara yang baik.” (HR. Al-Bukhari : 2614). Yaitu, apabila walinya seorang yang fakir atau miskin.

Meski ulama berselisih pendapat dalam masalah ini, namun yang lebih kuat ialah apabila wali anak yatim memang benar-benar dalam keadaan fakir atau miskin, boleh memakan sebatas hajatnya tanpa berlebihan, tidak mubazir serta tanpa berbuat dosa. Maksudnya ialah tidak boleh sampai menyimpan sebagai perbekalannya dari harta anak yatim tersebut yang merupakan kelebihan dari ukuran yang dibutuhkan untuk makan.

Termasuk yang dibolehkan bagi wali ialah membaurkan dengan anak yatim dalam hal makanan maupun minuman. Hal ini berdasarkan riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhu, tatkala turun ayat
(Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat.) (QS. Al-An’am [6] : 152).

Maka para sahabat para wali anak yatim pun menjauhkan diri dari harta anak yatim sehingga makanan mereka pun rusak, dagingnya busuk dan semacamnya, sehingga diadukan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka turunlah ayat :

(Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah, mengurus urusan mereka secara patut adalah baik dan jika kalian berbaur bersama mereka, maka mereka adalah saudaramu. Dan Allah Maha tahu orang yang berbuat kerusakan dari yang berbuat kebaikan). (QS. Al-Baqarah [2] : 220).

Sehingga akhirnya mereka pun berbaur dengan anak-anak yatim dalam makanan. (HR. Ahmad, an-Nasa’i, Abu Dawud, al-Hakim).

Berbaur di sini terjadi dengan bercampurnya makanan anak yatim dengan makanan wali mereka. Sedangkan yang harus diperhatikan ialah bahwa Allah Ta’ala Maha tahu orang yang berniat memakan harta anak yatim dan orang yang berusaha menghindarinya. Bila anak yatim tersebut berbaur dengan anak-anaknya sendiri dan keluarga yang menjadi tanggungannya, rasanya sulit memisahkan makanannya dari makanan mereka. Sehingga apabila sampai mengharuskan ia mengambil harta anak yatim tersebut dibolehkan secukupnya saja, dengan tetap memelihara diri dari sikap aniaya.

Itulah kelapangan yang diberikan Allah Ta’ala kepada hamba-Nya. Semestinya orang yang diberi amanah mengurus harta anak yatim senantiasa berlaku hanya dengan apa yang dibolehkan oleh syariat dalam memakan harta anak yatim dan membaurkannya dengan hartanya. Tidak boleh ia menukar harta anak yatim yang baik dengan hartanya yang buruk, tidak boleh pula membaurkan dalam rangka menganiaya haknya anak yatim. Termasuk juga memakannya, tidak boleh berlebihan lantaran berlebihan adalah kezaliman. (QS. An-Nisa [4] : 2 dan 6).



sumber dari: ibnuabbaskendari.wordpress.com

Mengurus Harta Pusaka






Panduan langkah demi langkah merancang serta mengurus harta pusaka orang Islam dan bukan Islam.



sumber dari: pds.my




Warisan Rasulullah SAW




Diceritakan, sepeninggal Nabi SAW, putrinya, Siti Fatimah, meminta kepada Khalifah Abu Bakar agar diberikan warisan dari harta peninggalan Nabi. Namun, Abu Bakar menolak permintaannya. Dasarnya, sabda Rasulullah SAW, “Kami para nabi tidak mewariskan harta. Apa yang kami tinggalkan menjadi sedekah [milik umat].” (HR Bukhari dari Aisyah).


Dalam riwayat lain, dikisahkan pula bahwa sahabat Abu Hurairah merasa heran melihat banyak orang di salah satu pasar di Madinah, yang begitu sibuk berbisnis. Lalu, ke pada mereka Abu Hurairah bertanya, “Kalian di sini, tahukah kalian bahwa warisan Nabi sedang dibagikan di Masjid Nabawi?”

Mereka pun bergegas menuju masjid. Merasa tak ada pembagian warisan di sana, mereka dengan rasa kecewa kembali menemui Abu Hurairah. “Tak ada pembagian warisan di masjid,” sanggah mereka. 

Jawab Abu Hurairah, “Apa kalian tidak melihat di sana ada orang-orang yang sedang shalat, membaca Alquran, dan belajar tentang hukum-hukum Allah? Itulah warisan Nabi.” (HR Thabrani dari Abu Hurairah).

Dua kisah ini menegaskan kepada kita bahwa warisan penting yang ditinggalkan Nabi SAW bukanlah harta, tetapi ajaran Islam. Karenanya, ahli waris Nabi bukanlah keturunannya an sich, tetapi para ulama. Nabi SAW, seperti diungkapkan para perawi hadis (ash-hab al-Sunan), berkata, Ulama adalah ahli waris para Nabi.

Sebagai ahli waris nabi, para ulama memikul beban dan tanggung jawab dakwah, yaitu kewajiban menyeru dan mengajak manusia ke jalan Allah, ila sabil-i rabbik(QS an-Nahl [16]: 125) melalui tabligh , amar makruf, dan nahi munkar, serta beramal saleh dan keluhuran budi pekerti (QS Fu shshilat [41]: 33). Hal inilah yang ditunjukkan sahabat Abu Bakar Shiddiq dan Abu Hurai rah, dalam kisah di atas.

Belajar dari dakwah sahabat Abu Hurairah di atas maka ada dua hal yang secara absolut harus dimiliki oleh para ulama dan para dai. Pertama, hikmah, yakni ilmu dan kearifan dalam mengidentifikasi masalah dan memberikan jawab an (solusi) yang tepat dalam mengatasi masalah tersebut.

“Allah menganugerahkan al-Hikmah (kepahaman yang dalam tentang Alquran dan assunah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.” (QS al- Baqarah [2]: 269).

Kedua, qudwah hasanah, yakni keteladanan baik dalam sikap maupun perilaku, sehingga sang dai layak menjadi tokoh panutan (patron client), atau model peran (role model). (QS al-Ahzab [33]: 21).

Warisan yang sesungguhnya adalah agama dan hikmah atau kebenaran yang bersifat universal. Setiap orang beriman, setingkat dengan ilmu dan kesanggupan yang dimiliki, diminta untuk menjaga “warisan suci” ini.

Rasul Muhammad SAW bersabda, “Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara [pusaka]. Kalian tidak akan tersesat selama-lamanya selagi kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Allah (Alquran) dan sunah Rasul.” (HR Malik, Muslim dan Ash-hab al-Sunan). Wallahu a`lam.



sumber dari: elhaq-pos.blogspot.com

Thursday, 27 February 2014

Unique Mother of the Bride Gift - Deep Square Keepsake Box





Unique Mother of the Bride Gift - Deep Square Keepsake Box - Gift Boxed and Ready to GIve




sumber dari: etsy.com

Mother of the bride pendant





Mother of the bride pendant, quote pendant,mother of the bride gift, gift for mom on your wedding day, daughter to mother  wedding jewelry




sumber dari: etsy.com

Mother of the Bride Elegant Vintage Look 3.5 inch Pocket Mirror





Pocket Mirror - Mother of the Bride Elegant Vintage Look 3.5 inch Pocket Mirror with Gift Bag - Weddings - Mother of the Bride Gift




sumber dari: etsy.com

Mother's Day / Mother of the Bride gift





Mother's Day / Mother of the Bride gift - "thank you for raising the woman of my dreams - 3/8" hidden message cuff bracelet




sumber dari: etsy.com

Unique Mother of the Bride Gift





Unique Mother of the Bride Gift - Keepsake Box - Gift Boxed and Ready to GIve




sumber dari: etsy.com

Mothers card with silver infinity bracelet





Mothers card with silver infinity bracelet, gifts for mom, Double infinity bracelet, mother of the bride gift, mother of the groom




sumber dari: etsy.com

Mother of the Bride Frame





Mother of the Bride Gift, Mother of the Groom, Mother of the Bride Frame, Thank You Gift, 16x16 A Mother Holds



sumber dari: etsy.com

22nd April - International Mother Earth Day







Still missing you





African-Mother-and-Child


There is no feeling like the love a mother has for her child. The bond formed even before the child is born, 9 months of special connection between mother and child; None like it really, none comes close. From the tender, sweet sounding cries of the baby, the first peek at this beautiful world, the child sees the mother.

Mother and child do not wed, yet the ‘for richer, for poorer, sickness and health, good times and bad times’ wedding vows are followed through between mother and child as though the mother’s very own life depends on it.

Even though I barely have any vivid memory of you, even though I can barely remember calling you ‘Mummy’, even though I was too young to share in your pains, I love you with my life.
I do not know if you can love someone you didn’t even know, but I do love you, more than my heart can hold. I seldom look at my siblings and I’m in awe of what a wonder woman you are. You lived a short life, but what you achieved in that short while, some people aren’t able to achieve even if they’re given a thousand decades.

Who does that? Even with the battle of cancer and loosing your husband early, You raised 2 magnificent young women and a hard working young man and others put in your care in that short while.


african-mother-child-holding-hands_shutterstock_ML-630


Some may say you lived a sad and short life; I object. It might have been short but far from sad. I’m sure each day with the clock ticking, moving you closer to the grave, deep inside you, your soul danced for joy at the legacy you left behind.

I wish you were here to see what your angels (and would I dare say mine too) have done to the one you were not able to share your life with. Life happened; Oh yes but I’m sure with every passing day you’re brave in the grave.

Words cannot describe how much I love and miss you.

I dedicate this to my mummy and all others who didn’t live long enough to share their life with all their children.



sumber dari: ynaija.com

Not all Super Heroes wear capes









Maa Tum Kahan Ho,Ttumhain Dhoondta Hoon





Best Poems about Mothers: Maa tum kahan ho, tumhain dhoondta hoon - Best quotes, sayings about Mothers




sumber dari: nativepakistan.com

Maa Kay Naam





A heart touching Urdu poem about mother. A mother is concerned about a child till her death.



sumber dari: nativepakistan.com

A Poem for Mother








sumber dari: nativepakistan.com

Don’t Misbehave With Mother









sumber dari: nativepakistan.com

Aye Maa Mujhay Neend Nahi Aati





Best Poems about Mothers: Aye Maa mujhay neend nahi aati - Heart touching Poems about Mothers



sumber dari: nativepakistan.com

Maa Jinn Ki Zinda Hoti Hai, Woh Bohat Khushnaseeb Hotay Hain




Poems about Mother in Urdu: Maa jinn ki zinda hoti hai, woh bohat khushnaseeb hotay hain - Heart touching mother poem, Poems for Mothers



sumber dari: nativepakistan.com

Mother Ghost




Mother Ghost (2002) Poster



sumber dari: imdb.com

Mother's Day




Mother's Day Cake
The modern Mother's Day is celebrated on various days in many parts of the world, most commonly in March, April, or May as a day to honor mothers and motherhood. In the UK and Ireland, it follows the old traditions of Mothering Sunday, celebrated in March/April.

Historically, the celebration has it origin in ancient customs and traditions. The ancient Greeks kept a festival to Cybele, a great mother of Greek gods. The ancient Romans also had another holiday, Matronalia, that was dedicated to Juno (an ancient Roman goddess), though mothers were usually given gifts on this day. In Europe there were several long standing traditions where a specific Sunday was set aside to honor motherhood and mothers such as Mothering Sunday which is a Christian festival celebrated throughout Europe that falls on the 4th Sunday in Lent. One of the early calls to celebrate Mother's Day in the United States was the "Mother's Day Proclamation" by Julia Ward Howe. Written in 1870, the Proclamation was tied to Howe's feminist belief that women had a responsibility to shape their societies at the political level.

Today the holiday has become very popular around the world. People take the day as an opportunity to pay tribute to their mothers and thank them for all their love and support. There is also a tradition of gifting flowers, cards and other gift to mothers on the occasion.



sumber dari: myenglishpages.com

A mother’s advice




funny-mother-advice-girlfriends



sumber dari: themetapicture.com

mother inc.




Mother, Inc









Wednesday, 26 February 2014

the keychain you made me for Father's Day




2013-06-12-FathersDayKeychain.jpg



sumber dari: huffingtonpost.com

Father’s Day Special: The Circle of Life






Despite (most likely because of) recent events, I find myself reminiscing about the joys of following this greatest of games.

My introduction to cricket was because of Dad (Appa as I call him). Those were the days before TV in India and Appa listened to the radio commentary religiously. I was too young to figure out what was going on and pestered Appa to tell me a story instead.
“Hmmm Appa is busy why don’t you ask your mother.
“She is cooking and she chased me out of the kitchen” I replied.

Appa tried a few more manoeuvres to distract me but I was not to be denied. Finally Appa hit upon a plan. He drew a large oval and named the fielding positions at the appropriate locations. He brought out the chess set and my job was to place the pawns in position mimicking the field setting described on the radio. Appa maintained a running commentary on what was going on and gently introduced cricketing strategy. The hitherto unseen game came to life and I was hooked.

This became a family ritual whenever a game was on, during which, he regaled me with cricketing anecdotes like the one here.

Seeing my blossoming interest in the game he bought me a cricket bat and also a cricket board game with plastic fielders, an inclined plane with a ball bearing was the bowler and you could change the pace by varying the angle of the plane. Appa probably had visions of turning me into a cricketing superstar. The only thing in the way was my abysmal lack of talent. Appa was not too disappointed though as I declared him the greatest Appa in the universe.

The years rolled by and the mid-nineties found me in my early twenties. I was also in my rebellious stage. Somewhere along the way, in my eyes, Dad had gone from being super-Appa to a dictatorial usurper. Appa and I had frequent and intense skirmishes mainly concerning his (what I thought at that time) unjust fiscal policies and his constant heckling to get me to focus on my studies. In those times of strife, sporting events (Cricket & Wimbledon) were the only cause big enough for both to lay down arms, sink our differences and declare an unconditional cease fire.

Around this time (1996) the Titan Cup rolled in and an India – Australia day/night ODI was scheduled for Bangalore. I had missed the earlier India-Pakistan World Cup match and I did not want to miss this one. Luckily, a relative of a friend of a friend worked at the Chinnaswamy Stadium and could get us tickets. Appa demurely coughed up the money. The scene was repeated in several other homes and as a result 10 friends and I were going to the game. He even surprised me by slipping me some extra money, unasked, before I left for the game. The man was a mind reader. My experience of the game deserves a post by itself.

Soon after, I left India looking for green pastures and greener dollars. Time with family was limited to a few days a year when I visited India. In the intervening years my rebellious phase petered out and the earlier hostility with Appa was replaced by mutual admiration and respect. On one of my visits, I took him to a game in Bangalore. Appa burst a gasket when I told him how much I paid for the tickets.

“You should be saving money not spending it like it grows on trees”.
“But Appa, it’s not all that much when you convert it to dollars; moreover the seats are right behind the bowlers arm”.
“Hmmmph at those prices we should be standing next to the umpire”.
Appa grumbled about my spending habits all the way to the stadium. The game started and all was forgotten.  Appa was like a kid and thoroughly enjoying himself. There were no further bulletins on the importance of saving money.

During the break my mind wandered to my first game at this stadium.  Appa delicately cleared his throat “ Son, do you remember that game you watched here? What was it… more than 10 years ago?”
Appa’s ability to read my mind still amazed me. It was on the tip of my tongue to say that was what I was thinking too. But all I said was, “Wow that was a long time ago…. Yeah I remember”.
A nostalgic look came to Appa’s face. “You know, I watched the game on TV and for the first time I hardly paid attention to the game. I was scanning the crowd to see if I could catch a glimpse of you. All I saw was a bunch of ediyates (idiots in the Indian accent) acting like monkeys”.

I let that racially charged statement slip. And just like that, in an instant, the years were peeled back and it was the Appa of old regaling his little kid with stories and impressing said kid with his knowledge. For the first time in my life, I hardly paid attention to the action on the field and watched Appa having the time of his life.



sumber dari: nestaquin.wordpress.com

Dreams from My Father




Dreams from My Father: A Story of Race and Inheritance


Years before becoming the 44th President-elect of the United States, Barack Obama published this lyrical, unsentimental, and powerfully affecting memoir, which became a #1 New York Times bestseller when it was reissued in 2004. Dreams from My Father tells the story of Obama’s struggle to understand the forces that shaped him as the son of a black African father and white American mother—a struggle that takes him from the American heartland to the ancestral home of his great-aunt in the tiny African village of Alego.

Obama opens his story in New York, where he hears that his father—a figure he knows more as a myth than as a man—has died in a car accident. The news triggers a chain of memories as Barack retraces his family’s unusual history: the migration of his mother’s family from small-town Kansas to the Hawaiian islands; the love that develops between his mother and a promising young Kenyan student, a love nurtured by youthful innocence and the integrationist spirit of the early sixties; his father’s departure from Hawaii when Barack was two, as the realities of race and power reassert themselves; and Barack’s own awakening to the fears and doubts that exist not just between the larger black and white worlds but within himself.

Propelled by a desire to understand both the forces that shaped him and his father’s legacy, Barack moves to Chicago to work as a community organizer. There, against the backdrop of tumultuous political and racial conflict, he works to turn back the mounting despair of the inner city. His story becomes one with those of thepeople he works with as he learns about the value of community, the necessity of healing old wounds, and the possibility of faith in the midst of adversity.

Barack’s journey comes full circle in Kenya, where he finally meets the African side of his family and confronts the bitter truth of his father’s life. Traveling through a country racked by brutal poverty and tribal conflict, but whose people are sustained by a spirit of endurance and hope, Barack discovers that he is inescapably bound to brothers and sisters living an ocean away—and that by embracing their common struggles he can finally reconcile his divided inheritance.

A searching meditation on the meaning of identity in America, Dreams from My Father might be the most revealing portrait we have of a major American leader—a man who is playing the most prominent role in healing a fractious and fragmented nation.
Obama, the son of a white American mother and a black African father, writes an elegant and compelling biography that powerfully articulates America's racial battleground and tells of his search for his place in black America. 8 pages of photos.



sumber dari: barnesandnoble.com

i love you daddy.....




Father Inspirational Quotes







Be a Better Dad: How to Discipline with Love




Father and son


For dads of infants and toddlers:
  • Discipline as a way to protect: At this age, guidance and discipline are about protecting your little one from hurting themselves. Say "no" firmly, but not harshly, when your child does something dangerous and move him or her away from the object or area immediately.
  • Consistency is important: Be consistent with enforcing the boundaries you set in your home—inconsistency will confuse your child and give him the "ok" to push the limits if he thinks he can get away with it.

For dads of school-aged children:
  • Discipline as a way to nurture: As your child gets older, he or she can understand moral principles and you can begin to use discipline and guidance to help him or her learn that certain behaviors are not only unsafe but unacceptable. When your child does something inappropriate, talk with him gently about why the behavior was wrong—explain how it hurt other people or is rude.
  • Take a break if you're frustrated: The old trick your mom taught you to count to 10 before you speak can actually be helpful if you find yourself losing patience with your child. Never discipline out of anger. If you are frustrated, tell your child that you will talk with him or her later after you've had some time to think about an appropriate way to respond to his wrong behavior. Take a walk, read a book, do something else to calm yourself down. Then go back to your child and calmly discuss.
  • Make the discipline fit the child: Different children will respond to different approaches of discipline. One of your children might learn better through being deprived of a privilege (such as watching TV or a favorite toy); another child might respond more to being sent to his or her room or having to do extra chores.

For dads of teenagers:
  • Discipline as a way to guide: At this point, your teen is becoming an adult and wants to be treated as such. But, he or she is still going to make mistakes and some unwise decisions, and still needs your guidance. You still need to be your teen's parent, not best friend, and that means setting rules to help your teen make good decisions and firmly enforcing consequences when those rules are violated.
  • Let them make mistakes: While your teen still needs to honor your family's rules, giving your teen the freedom to make his own choices can be a valuable learning experience. Yes, they'll make mistakes and experience the consequences of those. But you are there to help them navigate those situations. Always make sure your words and actions communicate to your teen that you will always love them even if they make mistakes.



sumber dari: oprah.com

Be a Better Dad: 5 Tips for Showing Affection




Father and son hugging


Hug them, every day if possible.NFI President Roland Warren grew up without his dad and felt like he didn't really know how to show affections to his kids because it hadn't been modeled for him by his dad. When their son was young, his wife encouraged him to hug him even though it might feel a little different. "Well, you're just going to have to do it because he needs it." It's true—your kids need to physically feel that they are loved by their dad, even if it feels a little strange to you at first. If possible, make sure you hug your children every day.

Say "I love you," every day.Not every dad is in a situation where he can physically hug his kids every day. But you can say "I love you" every day. If you don't live with your kids, call or text them every day to tell them you love them. And, of course, if you live with your kids, make sure you say this too. It's not enough to demonstrate that you love them by your actions—you have to say it too.

Be creative in how you show affection.Affection can be shown by more than hugs and “I love you.” Write your child a note telling him or her what you appreciate about most about his or her personality or character. Let your kids gently wrestle with you on the floor. Take your child out to for a special date every month. These things can’t replace hugs and “I love you,” but they can reinforce what you express physically and verbally.

Remember that kids never stop needing affection.It may become more difficult or awkward to show affection to your kids as they get older, especially in the teen or young adult years. But they still need you to demonstrate that you love them, perhaps even more as they enter more challenging stages of life. Don't be bashful about hugging your teen or young adult or saying "I love you." Even fully grown adults who have their own children need their father's love!

Know why affection is important.For some children, physical touch is their primary love language. For these kids, daily hugs are especially important. But for every child, physical affection tells them that they are valued and accepted for who they are, that their dad will keep them safe, that their dad is proud of them and approves of them, and that they are loved no matter what.




sumber dari: oprah.com

what sons need from their fathers






I am often asked what sons need from their fathers. My answer really boils down to a few simple but critical things that every good dad must do, built on a framework of providing, nurturing and guiding.

But here's the problem: Too often, fathers think they're doing a better job in these areas than they really are. I've found that these four questions, though, can help a father ensure he's giving his son the fundamental things he needs. (And if a child's father is not in the picture, his mother can use these questions as a guide to help her find male role models who can give her son these kinds of affirmation.)

"Does my son know that he matters to me?"

We invest—money, time and energy—in the things we care about. In other words, if you ever want to know what someone cares about, look at their bank statement or ask them how they spent their time.

The primary way that dads can help their boys understand that they matter is by making them a priority over the myriad demands that life throws at us. With many things competing for a dad’s money, time and energy—our jobs, technology, entertainment, sports, television—it is easy for a child to think that he doesn't matter. It is critical that dads make it clear to their sons that they are a priority, that our most important investment is in them and that all the other "stuff" gets only the leftovers.

"Does my son know that I love him?"

Nurturing means a lot of things. It certainly includes hugging and kissing our boys—yes, even boys need hugs and kisses—on a daily basis and telling them that we love them. But it also includes taking care of their daily needs, like cooking for them, giving them baths, playing with them, reading to them and helping their mothers.

And I have discovered that despite the conventional wisdom that nurturing is primarily mom's territory, the root meaning of "nurture" is "to protect," a role that most dads are comfortable with.




sumber dari: oprah.com

How Does a Daughter Talk to Her Dad?




Kristy Davis


Their loss was too devastating to talk about. So Kristy Davis and her father found a different way to communicate.


After my mom died, we bought home electronics.

My father sat across from me in a restaurant booth. Here was a man I hardly recognized: vulnerable. Two days before, cancer had killed my mom in the bedroom they shared for almost 30 years.

"So how's school going?" he asked.

"Fine," I said.

"You know, your mother wanted you to go."

"I know, Dad."

"You know, she was happy that you..."

"I know, Dad."

I've since heard my father compared to early Paul Newman characters like Cool Hand Luke, a prisoner whose bulletproof resolve leads to trouble. But if my dad—a retired air force colonel, devoted Christian, and family patriarch—has a flaw, it's one we share. Or, as Luke put it, "What we've got here is a failure to communicate."

Because we couldn't talk about God, politics, or her, we went to Best Buy. We trolled the fluorescent aisles, browsing among shiny objects. It smelled like plastic. It sounded like static, an incipient white noise holding hostage otherwise erratic thoughts.

Talking about operating systems counts as a conversation between my father and me. The man owns his own power generator, fiber-optic flashlight, and solar-powered radio. I've had my gearhead phases, too: rock climbing, photography, and lighting design equipment. We are a lot alike. We are completely opposite. I'm Apple, he's PC.

While we've always been gadget crazed, the high-tech spree began after the hospital sent her home to die under hospice care. My father upgraded every possible device to provide comfort and make life easier. But the week preceding the funeral was an all-out electronics binge.

My dad bought two additional keyboards (one collapsible, one hardwired) for his newly acquired laptop, a wireless mouse and a wireless modem to connect our portables along with his desktop to the printer. We had a lot of work to do, a funeral to plan. We needed all systems up and running. This we threw ourselves into with zealotry fit for presidential elections. Every hour brought something else we needed: USB cables, another modem, better software, photo paper, ink cartridges.

My older sister arrived with a PowerPoint presentation featuring family photographs set to music—a Hawaiian ukulele player's rendition of "Over the Rainbow." We bought an LCD projector to display the slideshow. We could have borrowed one, but all projectors were not created equal, we knew.

I drove an hour south to buy a mini disc player to record the service. It wasn't enough to turn on an analog tape recorder. We needed top-quality sound, good enough for a movie, but burnable to CD.

We spent a lot of time getting these devices to work. While my brothers transported family members, and my sisters went to the morgue, my dad and I saw to all things technical. We hardly had time for condolences.

When visitors arrived, we made them watch the PowerPoint presentation, thereby determining the proper focus for any given square feet of distance, from projector to screen.

"Computer stuff," my older brother said, when someone asked our whereabouts. "They're in there doing computer stuff."



sumber dari: oprah.com

"He Helped Me Find What It Was I Loved"




Father daughter dance


What I remember of my father are the dark suits he wore and the tired way he came home in the evening. He seemed beaten down by something, something large and sharp, and I wasn't sure what that was. My mother used to say, "He comes home late because he gets very tied up at the office," and, in the literal-minded way that small children think, I pictured him roped and cuffed to his swivel seat, and this seemed terrible to me. He was frail and pale and needed protection. I used to bring him offerings: a pale green shoot, a clear cup of water, a serrated shell from the beach.

When I turned 10, I fell in love with horses. I fell in love with their dry, velvety noses, their thick pink tongues, and the way a canter felt when I sat deep in the saddle. My mother, a strict woman, forbad me lessons: Jewish people, she said, did not ride horses; they played tennis or golf. I pined and pined. I read Black Beauty again and again. And while my mother forbad me my passion, my father welcomed it, aided it, perhaps because he sensed that through passion we find our freedom, the highest expression of self. He was all tied up, but for his daughter, he wanted room to run.

He was a frail pale man and wouldn't cross my mother's mandates in any direct way, but whenever she left town he would sneak me out to the stables. I remember him coming to my room in the earliest part of the dawn: I remember the whisper of wheels on the wet road as we drove from suburb to country; I remember the sweet smell of dung, the hot blasts of a horse's breath. I remember how he stood by the fenced-in field and watched me, my father, still in a dark, serious suit, the sleeves too big, brass buttons winking in the dawn. Month after month, year after year, he helped me find what it was I loved: He drove me there; he watched me take the four-foot fences, the horse surging forward, me hunched high up on the neck as I entered the air.
—Lauren Slater




sumber dari: oprah.com

Father’s Day Inspirational Quotes




“It is easier for a father to have children than for children to have a real father.”
- Pope John XXIII


“I've had a hard life, but my hardships are nothing against the hardships that my father went through in order to get me to where I started.”
- Bartrand Hubbard


“I cannot think of any need in childhood as strong as the need for a father's protection.”
- Sigmund Freud

"A good father is one of the most unsung, unpraised, unnoticed, and yet one of the most valuable assets in our society."
-- Billy Graham, Christian Evangelist

It is much easier to become a father than to be one."
-- Kent Nerburn, U.S. Author and Educator


The greatest gift I ever had
Came from God; I call him Dad!
- Author Unknown


A man's children and his garden both reflect the amount of weeding done during the growing season.
- Anonymous
“A man never stands as tall as when he kneels to help a child.”
- Knights of Pythagoras


Father's Day Quote




sumber dari: theholidayspot.com

Tuesday, 25 February 2014

Nasi Lemak Cikgu










sumber dari: alexleow-kimmy.com