Pages

Saturday, 27 July 2013

semulia - mulia manusia







sumber dari: ustadchandra.wordpress.com

ilmu tanpa agama




kata hikma bergambar 17



sumber dari: ustadchandra.wordpress.com

Tanggungjawab kita pada Al-Quran







Seterusnya, dalam sesi tazkirah tersebut, ada juga menyebut tentang kewajipan yang patut kita tunaikan dalam hidup bersama al-quran iaitu menjadikan bacaan al-quran itu sebagai wirid harian kita. Sekurang-kurangnya ada ayat al-quran yang kita baca setiap hari. Ini lebih baik jika dibandingkan tidak ada lansung ataupun daripada lidah kita dibasahkan dengan lirik-lirik lagu yang tidak bermanfaat.

Jika mampu sekurang-kurangnya dalam masa tiga puluh hari itu kita dapat mengkhatamkan al-quran sebanyak sekali khatam. Jika kita mampu lebih dari itu lagi sekurang-kurangnya, setiap tiga hari kita khatam seperti mana yang diceritakan agaimana Rasulullah s.a.w menjawab pertanyaan Ibnu Umar tentang tempoh mengkhatamkan membaca al-quran.

Kemudian dijelaskan pula bahawa kewajiban yang perlu kita tunaikan ialah mempelajari bacaan al-quran dengan betul. Inilah tanggungjawab kita dalam memperbaiki dan mempercantikkan bacaan kita.
Walaubagaimanapun, kita tidak diberatkan sehingga sesuatu perkara itu menjadi penghalang untuk kita membacanya.

Contohnya bagi orang yang lidahnya susah untuk menyebut atau membaca al-quran makanya Rasulullah s.a.w ada menyebutkan perihal orang yang sebegini dan baginda menyeru supaya untuk diteruskan membaca al-quran kerana bagi mereka ada ganjarannya juga.

Seterusnya, kita juga hendaklah terkesan dengan bacaan kita atau dengan kata yang lain ialah memerhati dan menyelami maksud-maksud setiap ayat yang kita baca. Kita boleh jadikan kisah bagaimana Saidina Umar sebagai contoh ikutan di mana beliau pernah tidak sedarkan diri selama sebulan kerana membaca syat yang berkaitan dengan azab Allah s.wt.

Hari ini, kita nak menangis pun belum tentu. Dan tanggungjawab kita yang seterusnya ialah kita hendaklah menjaga hafalan serta mengulang ayat-ayat al-quran yang telah dan pernah kita hafal.
Untuk akhirnya yang paling penting sekali ialah mengamalkan isi-isinya. Ketahuilah sesungguhnya al-quran itu boleh menjadi hujah bagi kita, tidak kurang juga al-quran juga boleh menjadi musuh kita di akhirat nanti. Nauzubillah min zalik.

Oleh sebab itulah, al-quran itu bukan sahaja untuk di baca semata-mata. Akan tetapi ianya perlu disertai dengan penghayatan serta perlaksanaan dan inilah yang menjadi kewajiban bagi kita semua.
Begitulah sedikit panduan serta peringatan yang boleh dikongsi bersama supaya kita ini tidak tergolong dikalangan orang-orang akan menyesal suatu hari nanti.

Remeh yang menginsafkan.
Begitulah realiti yang kita sedang lalui pada hari ini. Dalam tak sedar kita telah mengabaikan tanggungjawab yang asas sebagai umat Islam. Budaya hidup bersama al-quran. Mudah-mudahan kita membudayakan hidup kita dengannya, bukan kita membudayakan al-quran dengan hidup dan kehendak kita.
Islam itu yang seharusnya memerintah, bukan kita yang memerintah Islam sepertimana yang kita dapat lihat pada hari ini.

Wallahu ta’ala a’lam.


sumber dari: ustadchandra.wordpress.com

KEUTAMAAN MEMBACA AL-QURAN






Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah swt dan mendirikan sembahyang dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengaan diam-diam dan terangterangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah swt menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari anugerah-Nya. Sesungguhnya Allah swt Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Fathiir 35:29-30)


“Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” 
(Riwayat Al-Bukhari)

“Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (Riwayat Bukhari & Muslim)

“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.” (Riwayat Bukhari & Muslim)

“Sesunggunya Allah swt mengangkat derajat beberapa golongan manusia dengan kalam ini dan merendahkan derajat golongan lainnya.” (Riwayat Bukhari & Muslim)

“Bacalah Al-Qur’an karena dia akan datang pada hari Kiamat sebagai juru syafaat bagi pembacanya.” (Riwayat Muslim)

“Tidak bisa iri hati, kecuali kepada dua seperti orang: yaitu orang lelaki yang diberi Allah swt pengetahuan tentang Al-Qur’an dan diamalkannya sepanjang malam dan siang; dan orang lelaki yang dianugerahi Allah swt harta, kemudian dia menafkahkannya sepanjang malam dan siang.” (Riwayat Bukhari & Muslim)

“Barangsiapa membaca satu huruf Kitab Allah, maka dia mendapat pahala satu kebaikan sedangkan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif, satu huruf dan Lam satu huruf serta Mim satu huruf.” (Riwayat At-Tirmidzi)

Rasulullah saw bersabda, Allah berfirman:
“Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji Al-Qur’an dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-KU, maka Aku berikan kepadanya sebiak-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan kalam Allah atas perkataan lainnya adalah seperti, keutamaan Allah atas makhluk-Nya. (Riwayat Tirmidzi)


“Sesungguhnya orang yang tidak terdapat dalam rongga badannya sesuatu dari Al-Qur’an adalah seperti rumah yang roboh.” (Riwayat Tirmidzi)

“Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an, bacalah dan naiklah serta bacalah dengan tartil seperti engkau membacanya di dunia karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.” (Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’I)

“Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, Allah memakaikan pada kedua orang tuanya di hari kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di dunia. Maka bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.” 
(Riwayat Abu Dawud)

Abdul Humaidi Al-Hamani, berkata: “Aku bertanya kepada Sufyan Ath-Thauri, manakah yang lebih engkau sukai, orang yang berperang atau orang yang membaca Al-Qur’an?” Sufyan menjawab: “Membaca Al-Qur’an. Karena Nabi saw bersabda. ‘Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”


sumber dari: ustadchandra.wordpress.com

Adab Membaca Al-Quran




http://sditalmuhajirin.files.wordpress.com/2009/09/boy-reading-koran.jpg?w=535


Al Qur’anul Karim adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang tidak mengandung kebatilan sedikitpun. Al Qur’an memberi petunjuk jalan yang lurus dan memberi bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar selamat di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi keutamaan mempelajari Al-Qur’an. Sebagaimana sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Sebaik-baik kamu adalah orang yg mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR: Bukhari)

Ketika membaca Al-Qur’an, maka seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Al-Qur’an:


Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan tenang.
Dalam membaca Al-Qur’an seseorang dianjurkan dalam keadaan suci. Namun, diperbolehkan apabila dia membaca dalam keadaan terkena najis. Imam Haromain berkata, “Orang yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang utama.”At-Tibyan, hal. 58-59

Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca.Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:“Siapa saja yang membaca Al-Qur’an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” (HR: Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan)

Sebagian sahabat membenci pengkhataman Al-Qur’an sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rosululloh telah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatam kan Al-Qur’an setiap satu minggu (7 hari) (HR: Bukhori, Muslim). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas’ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, mereka mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam seminggu.

Membaca Al-Qur’an dengan khusyu’, dengan menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya yang shalih, “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (QS: Al-Isra’: 109). Namun demikian tidaklah disyariatkan bagi seseorang untuk pura-pura menangis dengan tangisan yang dibuat-buat.

Membaguskan suara ketika membacanya.
Sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR: Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, yang artinya: “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur’an.”makhroj (HR: Bukhari dan Muslim). Maksud hadits ini adalah membaca Al-Qur’an dengan susunan bacaan yang jelas dan terang hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid. Dan seseorang tidak perlu melenggok-lenggokkan suara di luar kemampuannya.


Membaca Al-Qur’an dimulai dengan isti’adzah.Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan bila kamu akan membaca Al-Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Alloh dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk.” (QS: An-Nahl: 98)

Membaca Al-Qur’an dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih secara khusyu’.

Rosululloh shollallohu ‘alaihiwasallam bersabda, yang artinya: “Ingatlah bahwasanya setiap dari kalian bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh bersuara lebih keras daripada yang lain pada saat membaca (Al-Qur’an).” (HR: Abu Dawud, Nasa’i, Baihaqi dan Hakim). Wallohu a’lam.


sumber dari: ustadchandra.wordpress.com

Bagaimana Kita Merayakan Nuzulul Quran?






Saudaraku! Setiap tahun, dan tepatnya di bulan suci Ramadhan ini, banyak dari umat Islam di sekitar anda merayakan dan memperingati suatu kejadian bersejarah yang telah merubah arah sejarah umat manusia. Dan mungkin juga anda termasuk yang turut serta merayakan dan memperingati kejadian itu. Tahukah anda sejarah apakah yang saya maksudkan?

Kejadian sejarah itu adalah Nuzul Qur’an; diturunkannya Al Qur’an secara utuh dari Lauhul Mahfuzh di langit ketujuh, ke Baitul Izzah di langit dunia.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. البقرة 185
“Bulan Ramadhan, bulan yang di padanya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). (Qs. Al Baqarah: 185)

Peringatan terhadap turunnya Al Qur’an diwujudkan oleh masyarakat dalam berbagai acara, ada yang dengan mengadakan pengajian umum. Dari mereka ada yang merayakannya dengan pertunjukan pentas seni, semisal qasidah, anasyid dan lainnya. Dan tidak jarang pula yang memperingatinya dengan mengadakan pesta makan-makan.

Pernahkan anda bertanya: bagaimanakah cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabatnya dan juga ulama’ terdahulu setelah mereka memperingati kejadian ini?
Anda merasa ingin tahu apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Simaklah penuturan sahabat Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu tentang apa yang beliau lakukan.

كَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ . رواه البخاري
“Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada setiap malam Ramadhan, dan selanjutnya ia membaca Al Qur’an bersamanya.” (Riwayat Al Bukhari)

Demikianlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermudarasah, membaca Al Qur’an bersama Malaikat Jibril alaihissalam di luar shalat. Dan ternyata itu belum cukup bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau masih merasa perlu untuk membaca Al Qur’an dalam shalatnya. Anda ingin tahu, seberapa banyak dan seberapa lama beliau membaca Al Qur’an dalam shalatnya?

Simaklah penguturan sahabat Huzaifah radhiallahu ‘anhu tentang pengalaman beliau shalat tarawih bersama Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Pada suatu malam di bulan Ramadhan, aku shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam bilik yang terbuat dari pelepah kurma. Beliau memulai shalatnya dengan membaca takbir, selanjutnya beliau membaca doa:

الله أكبر ذُو الجَبَرُوت وَالْمَلَكُوتِ ، وَذُو الكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ

Selanjutnya beliau mulai membaca surat Al Baqarah, sayapun mengira bahwa beliau akan berhenti pada ayat ke-100, ternyata beliau terus membaca. Sayapun kembali mengira: beliau akan berhenti pada ayat ke-200, ternyata beliau terus membaca hingga akhir Al Baqarah, dan terus menyambungnya dengan surat Ali Imran hingga akhir. Kemudian beliau menyambungnya lagi dengan surat An Nisa’ hingga akhir surat. Setiap kali beliau melewati ayat yang mengandung hal-hal yang menakutkan, beliau berhenti sejenak untuk berdoa memohon perlindungan. …. Sejak usai dari shalat Isya’ pada awal malam hingga akhir malam, di saat Bilal memberi tahu beliau bahwa waktu shalat subuh telah tiba beliau hanya shalat empat rakaat.” (Riwayat Ahmad, dan Al Hakim)

Demikianlah cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingati turunnya Al Qur’an pada bulan ramadhan, membaca penuh dengan penghayatan akan maknanya. Tidak hanya berhenti pada mudarasah, beliau juga banyak membaca Al Qur’an pada shalat beliau, sampai-sampai pada satu raka’at saja, beliau membaca surat Al Baqarah, Ali Imran dan An Nisa’, atau sebanyak 5 juz lebih.

Inilah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan, dan demikianlah cara beliau memperingati turunnya Al Qur’an. Tidak ada pesta makan-makan, apalagi pentas seni, nyanyi-nyanyi, sandiwara atau tari menari.

Bandingkan apa yang beliau lakukan dengan yang anda lakukan. Sudahkah anda mengetahui betapa besar perbedaannya?

Anda juga ingin tahu apa yang dilakukan oleh para ulama’ terdahulu pada bulan Ramadhan?
Imam As Syafi’i pada setiap bulan ramadhan menghatamkan bacaan Al Qur’an sebanyak enam puluh (60) kali.

Anda merasa sebagai pengikut Imam As Syafi’i? Inilah teladan beliau, tidak ada pentas seni, pesta makan, akan tetapi seluruh waktu beliau diisi dengan membaca dan mentadaburi Al Qur’an.

Buktikanlah saudaraku bahwa anda adalah benar-benar penganut mazhab Syafi’i yang sebenarnya.
Al Aswab An Nakha’i setiap dua malam menghatamkan Al Qur’an.

Qatadah As Sadusi, memiliki kebiasaan setiap tujuh hari menghatamkan Al Qur’an sekali. Akan tetapi bila bulan Ramadhan telah tiba, beliau menghatamkannya setiap tiga malam sekali. Dan bila telah masuk sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, beliau senantiasa menghatamkannya setiap malam sekali.

Demikianlah teladan ulama’ terdahulu dalam memperingati sejarah turunnya Al Qur’an. Tidak ada pesta ria,
makan-makan, apa lagi na’uzubillah pentas seni, tari-menari, nyanyi-menyanyi.
Orang-orang seperti merekalah yang dimaksudkan oleh firman Allah Ta’ala:

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاء وَمَن يُضْلِلْ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ .  الزمر23
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya.” (Qs. Az Zumar: 23)

Dan oleh firman Allah Ta’ala:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ {2} الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ {3} أُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ. الأنفال 2-4
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, bertambahalah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabblah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rejeki yang Kami berikan kepada mereka, Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rejeki (nikmat) yang mulia.” (Qs. Al Anfaal: 2-4)

Adapun kita, maka hanya kerahmatan Allah-lah yang kita nantikan. Betapa sering kita membaca, mendengar ayat-ayat Al Qur’an, akan tetapi semua itu seakan tidak meninggalkan bekas sedikitpun. Hati terasa kaku, dan keras, sekeras bebatuan. Iman tak kunjung bertambah, bahkan senantiasa terkikis oleh kemaksiatan. Dan kehidupan kita begitu jauh dari dzikir kepada Allah.

Saudaraku! Akankan kita terus menerus mengabadikan keadaan kita yang demikian ini? Mungkinkah kita akan senantiasa puas dengan sikap mendustai diri sendiri? Kita mengaku mencintai dan beriman kepada Al Qur’an, dan selanjutnya kecintaan dan keimanan itu diwujudkan dalam bentuk tarian, nyayian, pesta makan-makan?

Kapankah kita dapat membuktikan kecintaan dan keimanan kepada Al Qur’an dalam bentuk tadarus, mengkaji kandungan, dan mengamalkan nilai-nilainya?

Tidakkah saatnya telah tiba bagi kita untuk merubah peringatan Al Qur’an dari pentas seni menjadi bacaan dan penerapan kandungannya dalam kehidupan nyata?


sumber dari: ustadchandra.wordpress.com

satu yang tiada duanya




crescent moon sky wallpaper HD


  1. Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.
  2. Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang.Allah SWT berfirman, ”Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami).”(Al-Isra’: 12).
  3. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan,membunuh seorang anakkecil dan ketika me-negakkan kembali dinding yang hampir roboh.
  4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an.
  5. Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.
  6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ke-tika Allah SWT menciptakan makhluk.
  7. Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman,”Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis” Allah SWT berfirman:”Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang”. (Al-Mulk: 3).
  8. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman,”Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka.” (Al-Haqah: 17).
  9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan,musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan
  10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan. Allah SWT berfirman,”Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat.” (Al-An’am: 160).
  11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudara Yusuf .
  12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu’jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah,”Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman,’Pukullah batu itu dengan tongkatmu.’ Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air.” (Al-Baqarah: 60).
  13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
  14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh.Allah SWT ber-firman, “Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menying-sing.” (At-Takwir: 18).
  15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus AS.
  16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf ,yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya,”Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kamitinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakanserigala.” Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka,”tak ada cercaaan ter-hadap kalian.” Dan ayah mereka Ya’qub berkata,”Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. SesungguhnyaDia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
  17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai.Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai.” (Luqman: 19).
  18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.
  19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim.Allah SWT berfirman, “Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim.” (Al-Anbiya’: 69).
  20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).
  21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita,sebagaimana firman Allah SWT,”Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar.”(Yusuf: 28).
  22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun,setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran mataharimaknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.

sumber dari: ustadchandra.wordpress.com

Hadits dan Ayat Alqur’an Tentang Pernikahan




4 Cara membangun pernikahan yang kokoh


“Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang isterinya (dengan kasih & sayang) dan isterinya juga
memandang suaminya (dengan kasih & sayang), maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih & sayang. Dan apabila seorang suami memegangi jemari isterinya (dengan kasih & sayang) maka berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya” (HR. Abu Sa’id)

“Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang
diamalkan oleh jejaka (atau perawan)” (HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah)

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpiirk” (Ar-Ruum 21)

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas
(pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (An Nuur 32)

“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (Adz Dzariyaat.49)

“Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk” (Al-Isra.32)
“Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia menciptakan istrinya, agar
menjadi cocok dan tenteram kepadanya” (Al-A’raf 189)

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki
yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (An-Nur 26)

“Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan” ( AnNisaa : 4)

“Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku” (HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.)

“Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu :
berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi)

“Janganlah seorang laki-laki berdua-duan (khalwat) dengan seorang perempuan, karena pihak ketiga adalah
syaithan” (HR. Abu Dawud)

“Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya” (HR. Bukhori-Muslim)

“Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat, sebab syaithan menemaninya. Janganlah salah seorang di antara kita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai mahramnya” (HR. Imam Bukhari dan Iman Muslim dari
Abdullah Ibnu Abbas ra).

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya, karena sesungguhnya yang ketiga adalah syetan” (Al Hadits)

“Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup adalah istri yang sholihah”
(HR. Muslim)

“Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau senangi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia
(dengan putrimu). Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan
kerusakan yang luas” ( H.R. At-Turmidzi)

“Barang siapa yang diberi istri yang sholihah oleh Allah, berarti telah ditolong oleh-Nya pada separuh
agamanya. Oleh karena itu, hendaknya ia bertaqwa pada separuh yang lain”
(HR. Al-Hakim dan At-Thohawi)

“Jadilah istri yang terbaik. Sebaik-baiknya istri, apabila dipandang suaminya menyenangkan, bila diperintah ia taat, bila suami tidak ada, ia jaga harta suaminya dan ia jaga kehormatan dirinya” (AlHadits)

“Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah :
1. Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah.
2. Budak yang menebus dirinya dari tuannya.
3. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)

“Wahai generasi muda! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih
terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara”
(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)

“Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak” (HR. Abu Dawud)

“Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain” (HR. Abdurrazak dan Baihaqi)

“Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah”
(HR. Bukhari)

“Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup membujang” (HR. Abu Ya¡Â?la dan Thabrani)

“Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda :
Barang siapa mau bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan terhormat” (HR. Ibnu Majah,dhaif)

“Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka” (Al Hadits)

“Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan
akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita
karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya” (HR. Thabrani)

“Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama” (HR. Ibnu Majah)

“Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah
bersabda : Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang
karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan
kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama” (HR.Muslim dan Tirmidzi)
“Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang
paling ringan maharnya” (HR. Ahmad, Al Hakim, Al
Baihaqi dengan sanad yang shahih)
“Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau
lelaki itu mulia di dunia dan takwa di sisi Allah,
maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi
wali pernikahannya.” (HR. Ashhabus Sunan)
“Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang
sederhana belanjanya (maharnya)” (HR. Ahmad)
“Dari Anas, dia berkata : ” Abu Thalhah menikahi Ummu
Sulaim dengan mahar berupa keIslamannya” (Ditakhrij dari An Nasa’i)
“Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor
kambing.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Rasulullah Saw melarang laki-laki yang menolak kawin (sebagai alasan)
untuk beralih kepada ibadah melulu.” (HR. Bukhari)
“Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah benda (perhiasan)
dan sebaik-baik benda (perhiasan) adalah wanita (isteri) yang sholehah”. (HR. Muslim)
“Rasulullah Saw bersabda kepada Ali Ra: “Hai Ali, ada tiga perkara yang janganlah
kamu tunda-tunda pelaksanaannya, yaitu shalat apabila tiba waktunya,
jenazah bila sudah siap penguburannya, dan wanita (gadis atau janda)
bila menemukan laki-laki sepadan yang meminangnya.” (HR. Ahmad)
“Seorang janda yang akan dinikahi harus diajak bermusyawarah
dan bila seorang gadis maka harus seijinnya (persetujuannya),
dan tanda persetujuan seorang gadis ialah
diam (ketika ditanya). “(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
“Kawinilah gadis-gadis, sesungguhnya mereka lebih sedap mulutnya
dan lebih banyak melahirkan serta lebih rela
menerima (pemberian) yang sedikit.”(HR. Ath-Thabrani)
“Janganlah seorang isteri memuji-muji wanita lain di hadapan
suaminya sehingga terbayang bagi suaminya seolah-olah dia
melihat wanita itu.” (HR. Bukhari)
“Seorang isteri yang ketika suaminya wafat meridhoinya maka
dia (isteri itu) akan masuk surga. “(HR. Al Hakim dan Tirmidzi)
“Hak suami atas isteri ialah tidak menjauhi tempat tidur suami
dan memperlakukannya dengan benar dan jujur, mentaati perintahnya
dan tidak ke luar (meninggalkan) rumah kecuali dengan ijin suaminya,
tidak memasukkan ke rumahnya orang-orang
yang tidak disukai suaminya. “(HR. Ath-Thabrani)
“Tidak sah puasa (puasa sunah) seorang wanita yang suaminya
ada di rumah, kecuali dengan seijin suaminya. “(Mutafaq’alaih)
“Tidak dibenarkan manusia sujud kepada manusia, dan
kalau dibenarkan manusia sujud kepada manusia, aku akan
memerintahkan wanita sujud kepada suaminya karena
besarnya jasa (hak) suami terhadap isterinya.”(HR. Ahmad)
“Apabila di antara kamu ada yang bersenggama dengan isterinya
hendaknya lakukanlah dengan kesungguhan hati. Apabila selesai
hajatnya sebelum selesai isterinya, hendaklah dia sabar menunggu
sampai isterinya selesai hajatnya. “(HR. Abu Ya’la)
“Apabila seorang di antara kamu menggauli isterinya,
janganlah menghinggapinya seperti burung
yang bertengger sebentar lalu pergi. “(HR. Aththusi)
“Seburuk-buruk kedudukan seseorang di sisi Allah pada
hari kiamat ialah orang yang menggauli isterinya dan isterinya
menggaulinya dengan cara terbuka lalu suaminya mengungkapkan
rahasia isterinya kepada orang lain. “(HR. Muslim)
“Sesungguhnya wanita seumpama tulang rusuk yang bengkok.
Bila kamu membiarkannya (bengkok) kamu memperoleh
manfaatnya dan bila kamu berusaha meluruskannya
maka kamu mematahkannya. “(HR. Ath-Thahawi)
“Talak (perceraian) adalah suatu yang halal yang
paling dibenci Allah. “(HR. Abu Dawud dan Ahmad)
“Ada tiga perkara yang kesungguhannya adalah kesungguhan (serius)
dan guraunya (main-main) adalah kesungguhan (serius), yaitu perceraian,
nikah dan rujuk. “(HR. Abu Hanifah)
“Apabila suami mengajak isterinya (bersenggama) lalu isterinya
menolak melayaninya dan suami sepanjang malam jengkel
maka (isteri) dilaknat malaikat sampai pagi. “(Mutafaq’alaih)
“Allah tidak akan melihat (memperhatikan) seorang lelaki yang
menyetubuhi laki-laki lain (homoseks) atau yang
menyetubuhi isteri pada duburnya. “(HR. Tirmidzi)


sumber dari: ustadchandra.wordpress.com

Indahnya Ramadhan Bersama Al Qur’an






Allah ta’ala berfirman (yang artinya), 

Ingatlah, bahwa dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang. 
(QS. Ar-Ra’d: 28). 

Sebagian ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan berdzikir kepada Allah dalam ayat ini adalah Kitab-Nya. Yaitu, tatkala seorang mukmin mengetahui kandungan hukum dari ayat-ayat Allah yang menunjukkan kepada kebenaran maka hatinya pun merasakan ketentraman. Sebab hatinya tidak bisa merasakan ketentraman tanpa ilmu dan keyakinan, sementara ilmu dan keyakinan itu bisa diperoleh dengan memperhatikan Kitabullah tersebut (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 418 cet. Ar-Risalah) Membaca dan merenungkan ayat-ayat al-Qur’an adalah bagian dari dzikir. Sementara kedudukan dzikir bagi seorang insan laksana air bagi seekor ikan. Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah mengatakan“Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan. Apakah yang akan terjadi jika ikan dipisahkan dengan air? 

Bagaimana mungkin seorang hamba mengaku mencintai Allah, sementara hati dan lisannya kering dari mengingat dan memuji-Nya?! Demikianlah yang telah dipraktekkan oleh salafus shalih. Mereka adalah suatu kaum yang mengagungkkan Kitabullah dengan semestinya. Mereka tidak hanya mengimani al-Qur’an sebagai bacaan ataupun wahyu dari sisi-Nya, tetapi mereka juga menerapkan ajarannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika mereka mendapatkan predikat generasi terbaik umat ini. Gelar yang layak mereka sandang, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu’anhu

Para sahabat radhiyallahu’anhum telah menjadi teladan bagi generasi berikutnya dalam menjadikan al-Qur’an sebagai jalan hidup mereka. Oleh sebab itu mereka pun mulia di sisi Allah karena ketakwaan mereka, kedalaman ilmu mereka, amal salih mereka, dan kecintaan mereka yang teramat besar terhadap Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat kedudukan sebagian kaum dengan Kitab ini dan akan merendahkan sebagian yang lain dengan Kitab ini pula.” (HR. Muslim dari ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhu) Mereka adalah sebuah generasi yang telah ridha terhadap Allah, Islam dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka tidak rela untuk menjual keimanan dan tauhid yang mereka miliki dengan kenikmatan dunia apapun. Mereka lebih memilih disiksa daripada harus menuruti kemauan thaghut dan dedengkot kekafiran. Seperti Bilal bin Rabah radhiyallahu’anhu yang rela tubuhnya tersengat teriknya panas padang pasir dan kesakitan di bawah tindihan batu dengan kalimat ‘Ahad, Ahad’ yang terus mengalir dari bibirnya yang mulia. Itulah manisnya iman yang mereka gapai dengan segenap pengorbanan dan perjuangan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan merasakan manisnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim dari al-’Abbas bin Abdul Muthallib radhiyallahu’anhu

Para sahabat hidup di bawah naungan al-Qur’an. Sehingga ayat-ayat suci itu mewarnai hidup dan kehidupan mereka, mewarnai hati dan tingkah laku mereka. Tidak sebagaimana kaum Khawarij yang hanya menjadikan al-Qur’an sebagai hiasan di bibir dan lisan mereka. Akan tetapi, pemikiran dan keyakinan mereka melesat dari agama sebagaimana melesatnya anak panah menembus sasarannya. Kaum Khawarij itulah -meskipun mereka memiliki banyak hafalan al-Qur’an dan bersungguh-sungguh dalam beribadah- kelompok orang yang mendapatkan celaan keras dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka lah yang disebut sebagai anjing-anjing neraka. Sejelek-jelek manusia dan seburuk-buruk kaum yang terbunuh di bawah kolong langit ini. Bahkan, bagi orang yang berhasil membunuh mereka Nabi janjikan pahala yang besar di sisi Allah pada hari kiamat kelak. 

Para sahabat radhiyallahu’anhum tidak memandang al-Qur’an sebagai kumpulan dongeng atau cerita pelipur lara belaka. Bahkan, mereka menjadikan al-Qur’an sebagai undang-undang kehidupan mereka dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, dalam hidup individu dan rumah tangga. Mereka pun tidak menganggap bahwa masa berlakunya hukum-hukum Kitabullah hanya untuk dua atau tiga generasi saja. Bahkan, al-Qur’an itu cocok dan sesuai dengan segala masa dan suasana. Oleh sebab itu Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berpesan, “Ikutilah tuntunan dan janganlah kalian mengada-adakan ajaran baru, karena sesungguhnya kalian telah dicukupkan.” 

Para sahabat radhiyallahu’anhum menjadikan al-Qur’an sebagai sesuatu yang harus diyakini dan diamalkan, bukan sesuatu yang harus diragukan apalagi untuk diperdebatkan! Mereka sangat yakin bahwa al-Qur’an adalah sebaik-baik pembicaraan, sejujur-jujur perkataan, dan sebaik-baik petunjuk bagi kemanusiaan. Ia diturunkan dari sisi Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Tidaklah datang kepadanya kebatilan, dari arah depan, maupun dari arah belakang. 

Seandainya seluruh manusia bersatu padu untuk membuat sesuatu yang serupa dengannya, niscaya mereka akan gagal dan tidak sanggup melakukannya, meskipun mereka bahu-membahu dan saling membantu satu dengan yang lain. Tidak mungkin mereka bisa menandingi mukjizat yang agung ini. Inilah kemuliaan al-Qur’an yang akan membuat tentram dan sejuk hati insan beriman. Dan sebaliknya, ia tidak akan mendatangkan pengaruh kepada orang-orang yang zalim kecuali kerugian dan kebencian. Salafus shalih telah memberikan teladan kepada kita dalam mewarnai bulan yang mulia ini dengan interaksi yang intensif bersama al-Qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri setiap tahunnya menyetorkan hafalan al-Qur’an kepada Jibril ‘alaihis salam di setiap malam di bulan Ramadhan. 

Demikian pula salafus shalih, mereka memperbanyak membaca al-Qur’an di bulan Ramadhan, di dalam maupun di luar sholat. Az-Zuhri rahimahullah berkata apabila telah masuk bulan Ramadhan, an.Sesungguhnya ini adalah kesempatan untuk membaca al-Qur’an dan memberikan makan Imam Malik rahimahullah, apabila telah datang bulan Ramadhan maka beliau menutup majelis hadits dan mengkhususkan diri untuk membaca al-Qur’an dari mushaf. Qatadah rahimahullah pada bulan Ramadhan mengkhatamkan al-Qur’an setiap tiga malam, sedangkan pada sepuluh hari terakhir beliau mengkhatamkannya setiap malam. Begitu pula Ibrahim an-Nakha’i rahimahullah, pada sepuluh hari terakhir beliau mengkhatamkan al-Qur’an setiap dua malam (lihat Majalis Syahri Ramadhan karya Syaikh Utsaimin, hal. 26-27 cet. Dar al-’Aqidah

Wahai saudaraku, ucapan manusia… Telah membuat kita lupa akan ucapan Rabb kita Kita sibuk dengan perkataan si fulan atau ‘allan Sementara kita lalai dari nasehat dan bimbingan ar-Rahman Saudaraku, bulan penuh berkah ada di hadapan Jangan sampai ia berlalu sedangkan kita terus tenggelam dalam kelalaian Ya Allah, Ya Rabbi, pertemukanlah kami dengan bulan itu Larutkanlah kami dalam malam-malam indah bersama-Mu…


sumber dari: ustadchandra.wordpress.com

Cinta Bersemi di Pelaminan






Lupakan! Lupakan cinta jiwa yang tidak akan sampai di pelaminan. Tidak ada cinta jiwa tanpa sentuhan fisik. Semua cinta dari jenis yang tidak berujung dengan penyatuan fisik hanya akan mewariskan penderitaan bagi jiwa. Misalnya yang dialami Nasr bin Hajjaj di masa Umar bin Khattab.

Ia pemuda paling ganteng yang ada di Madinah. Shalih dan kalem. Secara diam-diam gadis-gadis Madinah mengidolakannya. Sampai suatu saat Umar mendengar seorang perempuan menyebut namanya dalam bait-bait puisi yang dilantunkan di malam hari. Umar pun mencari Nasr. Begitu melihatnya, Umar terpana dan mengatakan, ketampanannya telah menjadi fitnah bagi gadis-gadis Madinah. Akhirnya Umar pun memutuskan untuk mengirimnya ke Basra.

Disini ia bermukim pada sebuah keluarga yang hidup bahagia. Celakanya, Nasr justru cinta pada istri tuan rumah. Wanita itu juga membalas cintanya. Suatu saat mereka duduk bertiga bersama sang suami. Nasr menulis sesuatu dengan tangannya di atas tanah yang lalu dijawab oleh sang istri tuan rumah. Karena buta huruf, suami yang sudah curiga itu pun memanggil sahabatnya untuk membaca tulisan itu. Hasilnya: aku cinta padamu!

Nasr tentu saja malu kerena ketahuan. Akhirnya ia meninggalkan keluarga itu dan hidup sendiri. Tapi cintanya tak hilang. Dia menderita karenanya. Sampai ia jatuh sakit dan badannya kurus kering. Suami perempuan itu pun kasihan dan menyuruh istrinya untuk mengobati Nasr. Betapa gembiranya Nasr ketika perempuan itu datang. Tapi cinta tak mungkin tersambung ke pelaminan. Mereka tidak melakukan dosa, memang. Tapi mereka menderita. Dan Nasr meninggal setelah itu.

Itu derita panjang dari sebuah cinta yang tumbuh di lahan yang salah. Tragis memang. Tapi ia tak kuasa menahan cintanya. Dan ia membayarnya dengan penderitaan hingga akhir hayat. Pastilah cinta yang begitu akan menjadi penyakit. Sebab cinta yang ini justru menemukan kekuatannya dengan sentuhan fisik. Makin intens sentuhan fisiknya, makin kuat dua jiwa saling tersambung. Maka ketika sentuhan fisik jadi mustahil, cinta yang ini hanya akan berkembang jadi penyakit.

Itu sebabnya Islam memudahkan seluruh jalan menuju pelaminan. Semua ditata sesederhana mungkin. Mulai dari proses perkenalan, pelamaran, hingga mahar dan pesta pernikahan. Jangan ada tradisi yang menghalangi cinta dari jenis yang ini untuk sampai ke pelaminan. Tapi mungkin halangannya bukan tradisi. Juga mungkin tidak selalu sama dengan kasus Nasr. Kadang-kadang misalnya, karena cinta tertolak atau tidak cukup memiliki alasan yang kuat untuk dilanjutkan dalam sebuah hubungan jangka panjang yang kokoh.

Apapun situasinya, begitu peluang menuju pelaminan tertutup, semua cinta yang ini harus diakhiri. Hanya di sana cinta yang ini absah untuk tumbuh bersemi: di singgasana pelaminan.

Oleh Anis Matta (buku Serial Cinta)


sumber dari: akhwatmuslimah.com

Kisah Nyata : Pengantin Meninggal Ketika Sujud Dalam Sholat






Selepas melaksanakan Sholat Maghrib, dia memakai make-up pada wajahnya, memakai pakaian pengantin putih yang cantik, mempersiapkan dirinya untuk majlis pernikahannya sendiri, kemudian dia mendengar azan ‘Isya dan menyadari bahwa wudhunya telah terbatal. Lalu dia berkata kepada ibunya: “Mak, saya perlu ambil wudu dulu dan sholat ‘Isya “

Ibunya terkejut: “Apa kamu gila?!! Tetamu sedang menunggu, untuk melihat kamu! Bagaimana dengan make-up? ! Nanti habis dirusakkan oleh air.”

Tambah ibunya lagi: “Sebagai ibu, mak tak izinkan kamu sholat sekarang! Wallahi… jika kamu ambil wudu sekarang, mak akan tetap memarahi kamu.”

Anak perempuannya menjawab: “Wallahi… saya tidak akan pergi dari sini sehingga saya melakukan sholat! Ibu sepatutnya tahu bahwa tidak ada ketaatan kepada mana-mana makhluk agar mendurhaka kepada Maha Pencipta.!!”

Ibunya berkata: “Apa kata tetamu nanti jika kamu muncul dalam majlis perkahwinan sendiri tanpa make-up?! Tentu nampak jelek atau tidak cantik di mata mereka! Mereka pasti akan mentertawakan kamu! “
Sambil tersenyum, anak perempuan itu bertanya: “Adakah ibu bimbang kerana saya tidak cantik di mata mereka? Bagaimana pula dengan Maha Pencipta saya? Saya bimbang kerana, jika saya terlepas sholat saya, saya tidak lagi cantik di mata-Nya “

Dia mulai berwudu, dan semua make-up pada wajah telah hilang, tetapi dia tidak peduli.
Kemudian dia memulakan sholat itu dan pada masa dia turun untuk sujud, dia tidak sadar bahwa ia akan menjadi satu sujud yang terakhir!

Ya! Beliau meninggal dunia ketika dalam sujud! Pengakhiran yang besar bagi Muslimah yang berkeras untuk mentaati Tuhannya! Banyak mereka yang mendengar cerita ini begitu tersentuh!!

Beliau mengutamakan Allah dan ketaatan kepadaNya sebagai yang pertama dalam keutamaan hidup beliau, jadi pengakhiran terbaik yang dianugerahkan oleh Allah pada mana-mana umat Islam yang layak memilikinya!

Dia mau menjadi lebih dekat kepada-Nya, maka Allah mengambil nyawanya pada saat di mana umat Islam berada paling dekat kepada-Nya! SubhanAllah!

Dia tidak peduli jika dia tidak indah di mata makhluk, asalkan dia cantik pada Maha Pencipta!
Wahai saudari Muslimah, bayangkan jika anda berada di tempat itu! Apa yang anda akan lakukan? Apa yang anda akan pilih: pujian manusia atau Maha Pencipta?

Wahai sekelian insan! Adakah kita ada jaminan bahawa kita akan hidup untuk menit seterusnya? Jam? Atau bulan?!!

Tiada siapa tahu apabila saat mereka akan datang? Atau bila kita akan bertemu malaikat Maut? Jadi, adakah kita bersedia untuk saat itu?

Wahai muslimah! Apa yang anda pilih: bersantai tanpa jilbab atau dirahmati Allah dengan memakai jilbab?
Adakah kita bersedia untuk menemui Allah tanpa jilbab?

[Diceritakan oleh Syeikh ‘Abdul Mohsen al Ahmad’, ia berlaku di Abha (Ibu Negeri Asir di Arab Saudi)]


sumber dari: akhwatmuslimah.com

Wanita Acuan Al-Quran




wanita-putih1


Wanita Acuan Al-Quran Ialah Seorang wanita Yang Beriman
Yang Hatinya Disaluti Rasa Taqwa Kepada Allah SWT
Yang Sentiasa Haus Dengan Ilmu
Yang Sentiasa Dahaga Dengan Pahala
Yang Solatnya Adalah Maruah Dirinya
Yang Tidak Pernah Takut Berkata Benar
Yang Tidak Pernah Gentar Untuk Melawan Nafsu

Wanita Acuan Al-Quran Ialah wanita Yang Menjaga Tutur Katanya
Yang Tidak Bermegah Dengan Ilmu Yang Dimilikinya
Yang Tidak Bermegah Dengan Harta Dunia Yang Dicarinya
Yang Sentiasa Berbuat Kebaikan Kerana Sifatnya Yang Pelindung
Yang Mempunyai Ramai Kawan Dan Tidak Mempunyai Musuh Yang Bersifat Jembalang

Wanita Acuan Al-Quran Ialah Wanita Yang Menghormati Ibu Bapanya
Yang Sentiasa Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Dan Keluarga
Yang Bakal Memelihara Keharmonian Rumahtangga
Yang Akan Mendidik Anak-Anak Dan Membantu Suami Mendalami Agama Islam
Yang Auratnya Dikhaskan Buat Suami Tercinta
Yang Mengamalkan Hidup Penuh Kesederhanaan
Kerana Dunia Baginya Adalah Rumah Sementara Menunggu Akhirat

Wanita Acuan Al-Quran Sentiasa Bersedia Untuk Agamanya
Yang Hidup Di Bawah Naungan Al-Quran Dan Mencontohi Sifat Rasulullah SAW
Serta wanita sufi yg digariskan dalam kalamullah
Yang Boleh Diajak Berbincang Dan berbicara
Yang Sujudnya Penuh Kesyukuran Dengan Rahmat Allah Ke Atasnya

Wanita Acuan Al-Quran Tidak Pernah Membazirkan Masa
Matanya Kepenatan Kerana Kuat Membaca
Yang Suaranya Lesu Kerana Penat Mengaji Dan Berzikir
Yang Tidurnya Lena Dengan Cahaya Keimanan
Bangun Subuhnya Penuh Dengan Kecerdasan
Kerana Sehari Lagi Usianya Bertambah Penuh Kematangan

Wanita Acuan Al-Quran Sentiasa Mengingati Mati
Yang baginya Hidup Di Dunia Adalah Ladang Akhirat
Yang Mana Buah Kehidupan Itu Perlu Dibajai Dan Dijaga
Meneruskan Perjuangan Islam Sebelum Hari Kemudian bersama lelaki

Wanita Acuan Al-Quran Ialah wanita Yang Tidak Mudah Terpesona
Dengan Buaian Dunia
Kerana Dia Mengimpikan Syurga
Di Situlah Rumah Impiannya
Bersama lelaki Acuan Al-Quran ganjaran ALLAH SWT.


sumber dari: alkhudhri.com

Kisah Mengharukan : Jangan Matikan Aku Sebelum Hafal Al Qur’an




al-quran-yang-mulia (1)


Tepatnya tanggal 5 Oktober 2008 – seorang gadis kecil Indonesia mengalami musibah yang luar biasa di negeri antah berantah nan jauh – Syria. Dia terjatuh dari ketinggian sekiar 15 meter dan terbanting-banting di anak tangga ampiteater Roma di Busrah. Akibat kecelakaan ini gadis kecil tersebut mengalami pendarahan otak yang sangat hebat, dia harus menjalani berbagai pembedahan otak dan merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya sampai berbulan-bulan kemudian. Pada saat pendarahan masih menguasai otaknya sehingga kesadarannya timbul tenggelam, gadis kecil ini lirih berdoa :

“Ya Allah, jangan matikan aku sebelum aku selesai menghafal Al-Qu’ran…”.
Dengan tekad yang luar biasa inilah gadis kecil tersebut berjuang melawan sakit di kepala yang tidak kunjung henti, terkadang dia harus menjeduk-jedukkan kepalanya di tempat tidur untuk mengimbangi rasa sakit yang sangat di dalam kepalanya.

Beratnya komitmen untuk menghafal Al-Qur’an yang dialami oleh gadis kecil ini juga jauh diatas beban manusia pada umumnya, betapa frustasinya dia ketika hafalan ayat-ayat Al-Qur’an seolah timbul tenggelam di kepalanya silih berganti dengan rasa sakit yang bisa tiba-tiba muncul kapan saja. Tetapi dia terus belajar dan terus menghafal nyaris tanpa henti, dia hanya berhenti menghafal ketika sakit kepalanya sudah tidak tahan lagi.

Allah dan para malaikat rupanya menyaksikan betapa kuat niat gadis kecil ini untuk menghafal Al-Qur’an. Pada bulan Mei 2010 oleh ustadzah-nya dia dibimbing untuk menyelesaikan ujian tahfiz setengah Al-Qur’an (15 Juz) dengan seorang syeikh Qura di Damascus.

Gadis kecil ini-pun lulus dan memperoleh syahadah (ijazah) sanad bacaan Al-Qur’an yang sampai kepada Ali bin Abi Talib Radhiallahu ‘Anhu, dan tentu saja sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam.
Tidak berhenti di sini, gadis kecil tersebut mencanangkan niatnya untuk menyelesaikan hafalan Al-Qur’an penuh 30 juz pada Ramdhan 1432 H. Maka target ini hanya meleset kurang lebih 3 pekan ketika pada tanggal 19 Syawwal 1432 H /19 September 2011 kemarin gadis kecil ini menyelesaikan hafalannya yang 30 juz, diiringi sujud syukur orang tuanya. Allahu Akbar…

Atas permintaan kedua orang tuanya yang tawadhu’, saya tidak bisa ungkapkan nama gadis kecil ini. Tetapi bagi para gadis kecil – gadis kecil lainnya yang belajar Al-Qur’an di Madrasah Al-Qur’an Daarul Muttaqiin Lil-Inaats (Pesantren Putri) – Jonggol, gadis kecil penghafal Al-qur’an ini kini menjadi salah satu guru atau mudarrisah (ustadzhah) mereka.

Bahkan bukan hanya bagi anak-anak putri yang belajar Al-qur’an di madrasah tersebut dia menjadi guru, gadis kecil penghafal Al-qur’an ini juga layak untuk menjadi guru bagi kita semua para orang tua.
Guru dalam hal menyikapi musibah, guru dalam hal menghadirkan Allah dalam mengatasi persoalan kita, guru dalam mengisi hidup dengan Al-Quran, guru dalam merealisasikan niat, guru dalam menjaga komitment, guru dalam syukur dan syabar.

Bila gadis kecil dengan beban sakit kepala yang luar biasa ini bisa menyelesaikan hafalan Al-Qur’an-nya 30 Juz dalam kurun waktu kurang dari 3 tahun, berapa banyak yang sudah kita hafal ?, berapa banyak yang kita niatkan untuk menghafalnya di sisa usia kita ?, seberapa kuat niat kita untuk mengamalkannya? Kita tahu persis jawabannya untuk diri kita masing-masing.

Semoga Allah dan para malaikatNya terus mendampingimu hingga dewasa dan menjadi guru dan sumber inspirasi untuk memperbaiki anak-anak (dan para orang tua) dunia.


sumber dari: akhwatmuslimah.com

Salam Nuzul Al-Quran



A001
Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (sekalian makhluk),
(Al-Alaq: ayat 1)



Daripada Ibnu Umar r.a. berkata, sabda Rasulullah s.a.w, ”Sesungguhnya hati ini berkarat seperti mana berkaratnya besi apabila terkena air, seorang sahabat bertanya, “bagaimana menghapuskan karat tersebut’? Jawab Nabi s.a.w., banyakkan menyebut mati dan membaca al-Quran.



Sekian,

Terima Kasih daun keladi. Lain kali singgahlah lagi.


sumber dari: terbangdisyurga.blogspot.com

Asbabun Nuzul






Untuk lebih memahami kandungan ayat-ayat Al Qur’an, kiranya diperlukan pengetahuan ihwal latar belakang turunnya ayat-ayat Al Qur’an, atau yang sering disebut asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya [suatu ayat]). Dengan mengetahui asbabun nuzul suatu ayat, kita akan lebih memahami makna dan kandungan ayat tersebut, serta akan terlepas dari keragu-raguan dalam menafsirkannya.

Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui asbabun nuzul suatu ayat dapat menolong kita memahami makna ayat tersebut. Pengetahuan ihwal asbabun nuzul suatu ayat memberikan dasar yang kokoh untuk menyelami makna suatu ayat Al Qur’an.

Dalam sejarah dikemukakan bahwa para ulama salaf pernah mengalami kesulitan dalam menafsirkan beberapa ayat Al Qur’an. Namun setelah mendapatkan asbabun nuzul ayat-ayat tersebut, mereka tidak lagi mendapat kesulitan dalam menafsirkannya.

Asbabun Nuzul (Sebab-Sebab Turunnya Ayat) Surat Al Qadr (1-3)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr: 1 – 5)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah menyebut-nyebut seorang Bani Israil yang berjuang fisabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Kaum muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr: 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada perjuangan Bani Israil selama seribu bulan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Al Wahidi, yang bersumber dari Mujahid)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di kalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang suka beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukannya selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr : 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lalilatul qadr lebih baik daripada amal seribu bulan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dari Bani Israil tersebut.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid) [ANW]


sumber dari: akhwatmuslimah.com

Etika Berniaga Makanan di Bulan Ramadhan









Bulan ramadhan lah bulan masing masing yang tak pernah berniaga nak berniaga, bulan di mana masing masing nak tambah duit sebelum menjelma raya..

Tapi bulan ni jugak ramai yang ambil kesempatan. Orang berniaga kita nak berniaga.. Tapi berniaga makanan tak cukup rasa, makanan tak masak betul, makanan recycle.

Kalau nak meniaga buat meniaga dengan betul.. Semalam ayah beli laicikung.. Ya Allah masam.. dan kaler dia warna pudar.. nampak sangat laicikung tak habis yang dah di campur bahan di masak semula..
Kalau nak jadi peniaga berjaya.. Makanan yang tak habis, sedekah la kat jiran jiran.. Jangan menggatal nak jual. Biar rugi berniaga, jangan rugi pelanggan.. Kalau rugi pelanggan selamanya memang pelanggan takkan datang dah!..

Beberapa hari lepas aku buat la servey kat fanpage. boleh tahan ramai jugak yang kena.. Yang takleh blah bila jual ayam panggang isi busuk!!!.. ya Allah.. manusia manusia..


sumber dari: norfanil.com

Salam Nuzul Al-Quran






Ucapan Selamat Menyambut Nuzul Al-Quran
kepada
semua penganut Agama Islam




sumber dari: smktsea.com

Ramadhan Yang Mulia




Blue ocean horizon moon ships night sky wallpaper


Dalam mengkaji hikmat dan kelebihan bulan Ramadan yang merupakan bulan ujian dan latihan bagi umat Islam, kita akan bertemu dengan beberapa peristiwa penting yang berlaku ke atas umat Islam umumnya dan ke atas Nabi s.a.w. sendiri khususnya. Peristiwa-peristiwa itu beralaku seolah-olah ada ketentuan-ketentuan khusus dari Ilahi bahawa bulan suci ini tidak sahaja bulan amal ibadah tetapi juga bulan jihad dan bulan mengujui kesabaran kita umat Islam.

Dari fakta-fakta sejarah, terdapat beberapa peristiwa penting yang belaku pada bulan ini , di antaranya ialah:-
  1. Pada 17 Ramadan, turun wahyu yang pertama daripada Allah iaitu surah Al Alaq ayat 1 hingga 5. Turunnya wahyu ini menandakan rasmilah Nabi Muhammad s.a.w. menjadi nabi terakhir bagi umat ini, 
  2. Dalam bulan Ramadan juga iaitu pada tahun ke 10 selapas Nabi s.a.w. dilantik menjadi Rasul, bapa saudaranya, Abu Talib yang banyak memberi bantuan dan membelanya telah meninggal dunia. Tidak lama selepas itu, dalam bulan dan tahun yang sama, isteri Baginda s.a.w. yang banyak berjasa iaitu Ummul Mukminin Khadijah binti Khualid r.a. juga telah wafat. Dua peristiwa besar ini menjadikan tahun itu dikenali dengan tahun berdukacita atau 'Amul Hazan. 
  3. Pada tanggal 17 Ramadan tahun kedua Hijrah, terjadi pula Peperangan Badar. Dalam peperangan ini pertama kali kaum muslimin mendapat kemenangan dan ia telah membuka era baru kebangkitan umat Islam menghapuskan kesesatan ummat muslimin menghapuskan kesesatan ummat musyrikin. Pada bulan Ramadan tahun ini juga diwajibkan Zakat Fitrah. 
  4. Pada bulan Ramadan tahun ketujuh Hijrah, Rasulullah s.a.w. mengirim beberapa angkatan Islam untuk meruntuhkan berhala-berhala Musyrikin yang terbesar dan masyhur iaitu berhala 'Uzza, Siswa dan Mana. 
  5. Pada 21 Ramadan tahun 8 Hijrah, Allah s.w.t. memberi ni'mat kepada RasulNya dan muslimin dengan pembukaan dan penaklukan Kota Mekah. 
  6. Dalam bulan Ramadan tahun kesepuluh Hijrah Rasulullah SAW mengirim Ali bin Abi Thalib dengan satu angkatan kaum Muslimin ke negeri Yaman dan membawa bersama surat dari Rasulullah kepada penduduk Yaman, terutama Kabilah Hamdan, dalam masa satu hari sahaja penduduk Yaman khususnya Kabilah Hamdan memeluk Islam dan sembahyang dengan Ali bin Abi Thalib. 
  7. Siti Fatimah binti Rasul, isteri kepada Saidina Ali bin Thalib dan ibu kepada Hassan dan Hussain, wafat pada Ramadhan tahun kesebelas Hijrah . 
  8. Ramadhan tahun kesembilan Hijrah datang rombongan dari daerah Thaif ke kota Madinah menemui baginda Rasulullah untuk memeluk Islam, mereka membayar zakat dan melakukan bersama kaum Muslimin Madinah. 
  9. Dalam Ramadhan tahun yang sama, datang pula utusan dari kerajaan Hummir menemui baginda Rasulullah dan memaklumkan kepada baginda mengenai keislaman kerajaan Hummir dan disambut dengan penuh kehormatan oleh baginda. Rasulullah menyerahkan kepada perutusan itu satu catatan dan garis panduan mengenai hukum, hak dan kewajipan serta dasar-dasar dari sejarah kemajuan dan perkembangan Islam. 
  10. Pada Ramadhan tahun kelima belas Hijrah terjadi peperangan Qadisiah, di mana umat Islam mendapat kemenangan dari kekuasaan kerajaan Parsi, dengan kemenangan umat Islam itu, maka berkibarlah bendera kedaulatan Islam di bumi Parsi. Sementara pada Ramadhan tahun kesembilan belas, pada hari Jumaat satu kemenangan kepada tentera Islam di bawah pimpinan Umar Ibnul 'Ash menghadapi tentangan tentera Mesir. 
  11. Seramai empat ribu orang tentera Mesir menyerbu umat Islam dan menyerang mereka yang sedang mengerjakan sembahyang Jumaat, kemudian tentera Islam dengan persediaan dan kekuatannya membalas serangan itu sehinggalah kemenangan di tangan tentera-tentera Islam. 
  12. Di malam Jumaat pula tahun keempat puluh Hijrah 15 haribulan Ramadhan Khalifah keempat dari Khulafaur-Rashidin Ali Ibnu Abi Thalib ditikam curi ketika baginda keluar dari rumahnya untuk berjemaah sembahyang Subuh. Akibat dari luka itu, baginda wafat pada malam ketujuh belas Ramadhan dua hari berikutnya. 
  13. Pada Ramadhan tahun kesembilan puluh satu Hijrah kaum Muslimin mendarat di pantai selatan tanah Andalusia, dan mendapat tentangan dari pengawal benteng di selatan tanah Portugis itu. Setahun sesudah itu, iaitu pada tahun 92 Hijrah, Thariq bin Ziad yang mengetuai satu barisan tentera Islam telah mengalahkan pasukan raja Rudrik dalam pertempuran yang menentukan kemenangan Islam. 
  14. Pada bulan Ramadhan tahun 584 Hijrah, panglima Salahuddin Al-Ayubi mencapai kemenangan yang besar dan mengalahkan pasukan-pasukan Salib pada beberapa medan pertempuran, serta membebaskan sebahagian besar daerah yang telah diduduki oleh tentera Salib. 
  15. Pada mulanya tentera Salahuddin mencadangkan supaya tentera-tentera Islam berehat sahaja di bulan puasa itu, tetapi sebaliknya ia merasakan tindakannya itu bertentangan dengan hukum ajal dan lalu berkata "Sesungguhnya umur kita pendek sedangkan ajal tidak dapat dijamin", dengan itu diaturnya pasukan penyerang, hinggalah kubu dan benteng pertahanan musuh dapat ditawan pada pertengahan Ramadhan, yang akhirnya mencapai kemenangan di tangan kaum Muslimin. 
Demikianlah beberapa petikan sejarah di bulan Ramadhan, apa yang kita harapkan kepada Allah biarlah Ramadhan yang kita lalui juga dipenuhi dengan kemenangan dan rahmat Allah SWT kepada kaum Muslimin yang menunaikannya. Marilah kita lalui baki Ramadan yang ada ini dengan sepenuh keimanan dan sabar dalam menghadapi dugaan dan ujian Allah

والله أعلم بالصواب


sumber dari: alkhudhri.com

Nuzul Al-Quran Dan Lailatul Qadar




Pelita-Hati


Peristiwa nuzul al-Quran menjadi satu rakaman sejarah dalam kehidupan Nabi SAW hingga seterusnya berperingkat-peringkat menjadi lengkap sebagaimana kitab al-Quran yang ada pada kita hari ini. Peristiwa Nuzul al-Quran berlaku pada malam Jumaat, 17 Ramadan, tahun ke-41 daripada keputeraan Nabi Muhamad SAW. Perkataan ‘Nuzul’ bererti turun atau berpindah dari atas ke bawah. Bila disebut bahawa al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi SAW maka ianya memberi makna terlalu besar kepada umat Islam terutamanya yang serius memikirkan rahsia al-Quran.

‘Al-Quran’ bererti bacaan atau himpunan. Di dalamnya terhimpun ayat yang menjelaskan pelbagai perkara meliputi soal tauhid, ibadat, jinayat, muamalat, sains, teknologi dan sebagainya. Kalimah al-Quran, sering dicantumkan dengan rangkai kata ‘al-Quran mukjizat akhir zaman’ atau ‘al-Quran yang mempunyai mukjizat’. Malah inilah sebenarnya kelebihan al-Quran tidak ada satu perkara pun yang dicuaikan atau tertinggal di dalam al-Quran. Dengan lain perkataan segalanya terdapat di dalam al-Quran. Firman Allah:
"Dan tidak seekor pun binatang yang melata di bumi, dan tidak seekor pun burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan mereka umat-umat seperti kamu. Tiada Kami tinggalkan sesuatu pun di dalam kitab Al-Quran ini; kemudian mereka semuanya akan dihimpunkan kepada Tuhan mereka (untuk dihisab dan menerima balasan)."
(Al-An’am:38)
al-Quran adalah hidayah, rahmat, syifa, nur, furqan dan pemberi penjelasan bagi manusia.. Segala isi kandungan al-Quran itu benar. Al-Quran juga dikenali sebagai Al-Nur bererti cahaya yang menerangi, al-Furqan bererti yang dapat membezakan di antara yang hak dan batil dan al-Zikr pula bermaksud yang memberi peringatan.

Dalam sejarah kehidupan Nabi SAW ayat al-Quran yang mula-mula diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibrail ialah lima ayat pertama daripada surah Al-‘Alaq. maksudnya:
”Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhan mu yang menciptakan (sekalian makhluk), Ia menciptakan manusia dari sebuku darah beku; Bacalah, dan Tuhan mu Yang Maha Pemurah, -Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan, -Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(al-‘alaq:1-5)
Hubungan Lailatul Qadar dan Nuzul al-Quran

Lailatul Qadar pula ialah suatu malam pada bulan Ramadhan yang begitu istimewa sekali fadilatnya. Malam al-Qadar adalah suatu malam yang biasanya berlaku pada 10 akhir Ramadhan dan amalan pada malam itu lebih baik baik dari 1000 bulan.

Apakah kaitannya malam al-Qadar dengan nuzul al-Quran? Sebenarnya al-Quran dan malam Lailatulqadar mempunyai hubungan yang rapat antara satu sama lain sebagaimana yang diterangkan di dalam kitab Allah dan hadis Rasulullah SAW di antaranya firman Allah SWT yang bermaksud:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada Malam Lailatul-Qadar, Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran Malam Lailatul-Qadar itu? Malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan. Pada Malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut); Sejahteralah Malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar!"
(al-Qadar:1-5)

Mengikut satu pandangan, ayat ini diturunkan berdasarkan satu riwayat dari Ali bin Aurah, pada satu hari Rasulullah SAW telah menyebut 4 orang Bani Israel yang telah beribadah kepada Allah selama 80 tahun. Mereka sedikit pun tidak derhaka kepada Allah, lalu para sahabat kagum dengan perbuatan mereka itu. Jibril datang memberitahu kepada Rasulullah SAW menyatakan bahawa Allah SWT menurunkan yang lebih baik dari amalan mereka. Jibril pun membaca surah al-Qadar dan Jibril berkata kepada Rasulullah ayat ini lebih baik daripada apa yang engkau kagumkan ini menjadikan Rasulullah SAW dan para sahabat amat gembira.

Dalam hadis yang lain Aishah juga meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda bersedialah dengan bersungguh-sungguh untuk menemui malam Lailatul qadar pada malam-malam yang ganjil dalam 10 malam yang akhir daripada bulan Ramadhan.

Panduan

Dari maklumat serba sedikit di atas tadi sebenarnya banyak boleh dijadikan panduan kepada umat Islam seluruhnya. Antara panduan berkenaan ialah seperti:

1. Tidak ada perkara yang tidak terdapat dalam al-Quran
2. Ayat pertama diturunkan ialah ‘iqra’ iaitu ‘baca’ dan Tuhan mengajarkan manusia melalui perantaraan Pena dan Tulisan.
3. Kelemahan umat Nabi Muhammad beribadat maka dianugerahkan satu masa yang apabila kita mendapatkannya kita akan digandakan pahala melebihi seribu bulan.

Apabila disebutkan bahawa tidak ada perkara yang tidak terdapat di dalam al-Quran itu maka ianya memberikan makna bahawa segala ilmu pengetahuan yang merangkumi fardu ‘ain dan fardu kifayah dalam segenap aspek kehidupan merangkumi ekonomi, sosial, perundangan, pendidikan, sains dan teknologi dan lain-lain, segalanya terdapat dalam al-Quran. Tafsiran, kupasan analisa dan penyelidikan membolehkan umat Islam maju mendahului umat-umat lain di dunia ini.

Manakala penurunan al-Quran pula didahului dengan suatu kalimah ‘iqra’’ iaitu ‘baca’ di mana membaca adalah kunci kepada penerokaan ilmu. Selepas itu pula Allah mengiringi dengan ayat yang bermaksud; Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan, -Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” Keadaan ini menguatkan lagi bahawa pembacaan dan penulisan itu menjadi antara perkara yang paling penting dalam penguasaan ilmu pengetahuan. Di mana sebagaimana diketahui umum melalui satu ungkapan bahawa: “ilmu pengetahuan dan teknologi itu adalah kuasa”.

Perkara ketiga ialah hikmah dari anugerah malam al-qadar kepada umat Nabi Muhammad SAW sebagai umat akhir zaman. Mengetahui kelemahan umat Islam akhir zaman ini dalam beribadah maka dianugerahkan satu peluang di mana ibadah yang dilaksanakan pada malam itu digandakan sehingga 1000 bulan. Bermakna kiranya kita dapat melaksanakan ibadah dengan penuh keimanan di 10 akhir Ramadhan, kita akan berpeluang mendapat malam al-Qadar. Ini akan menjadikan kita seolah-olah beramal ibadah selama 1000 bulan iaitu sekitar 83 tahun. Menjadikan kita seolah-olahnya menghabiskan seluruh hidup kita dan usia kita dalam ibadah.

Bagi mencari malam-malam yang berkemungkinan sebagai malam al-qadar, maka kalangan ulama ada menyatakan bahawa, malam-malam yang ganjil yang tersebut ialah malam 21, 23, 25, 27 & 29 dari bulan Ramadhan. Dalam pada itu terdapat juga beberapa hadis yang menyatakan bahawa malam al-qadar itu pernah ditemui dalam zaman Rasulullah SAW pada malam 21 Ramadhan. Pernah juga ditemui pada malam 23 Ramadhan. Terdapat juga hadis yang mengatakan bahawa baginda Rasulullah SAW. menjawab pertanyaan seorang sahabat yang bertanya mengenai masa Lailatulqadar supaya ianya bersedia dan menghayatinya. Baginda menjelaskan malam Lailatulqadar itu adalah malam 27 Ramadhan. Dari keterangan-keterangan di atas dapatlah kita membuat kesimpulan bahawa malam Lailatulqadar itu berpindah dari satu tahun ke satu tahun yang lain di dalam lingkungan 10 malam yang akhir dari bulan Ramadhan. Yang pastinya bahawa masa berlakunya malam Lailatulqadar itu tetap dirahsiakan oleh Allah SWT supaya setiap

Kesimpulan
Sebagai kesimpulannya marilah kita sama-sama menghayati nuzul al-Quran ini sebagai suatu peristiwa besar yang penuh makna dan hikmah. Kita seharusnya melihat al-Quran itu sebagai ‘kitab induk’ panduan Ilmu pengetahuan untuk memajukan manusia seluruhnya. Memajukan manusia yang lebih penting adalah memajukan umat Islam terlebih dahulu melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Membaca al-Quran itu adalah suatu ibadah. Sekarang bolehlah kita panjangkan ‘membaca’ al-Quran itu kepada menganalisa, mengkaji, menyelidiki dan mencari rahsia ilmu pengetahuan di dalam al-Quran dan seterusnya menghasilkan penulisan-penulisan yang akhirnya memajukan dunia ini dan khasnya memajukan umat Islam dan seterusnya mengeluarkan umat Islam dari belenggu kelemahan dan penghinaan.


sumber dari: alkhudhri.com

Antara Lima Kelebihan Ramadhan






Daripada Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. telah bersabda, "Umatku telah diberikan dalam Ramadhan lima perkara yang belum bernah diberikan kepada mana-mana umat pun sebelum mereka."

1. Bau busuk mulut orang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi.

2. Ikan-ikan di laut akan beristigfar untuk mereka sehingga mereka berbuka.

3. Setiap hari Allah s.w.t. akan menghiaskan syurgaNya dan berkata, "Telah hampir masanya hamba-hambaKu yang soleh akan dilepaskan dari beban-beban dan mereka akan datang kepadamu."

4. Dirantaikan syaitan-syaitan yang jahat di dalam Ramadhan dan mereka tidak akan dapat berbuat sesuatu dalam Ramadhan ini apa yang biasa mereka lakukan pada bulan lain.

5. Mereka akan diampunkan pada malam terakhir Ramadhan.  Ditanya kepada Rasulullah, "Adakah ia lailatur Qadar?" Baginda menjawab, "Tidak! Tetapi seorang pekerja yang diberikan ganjarannya apabila telah selesai kerjanya."



sumber dari: ahmad-sanusi-husain.com

Effects of Quran Vs Effects of Music on an apple!




Bismillah
Assalamoalaikum wrwb

Few weeks ago my daughter, who is in first grade had a science fair at her school.  We decided to do an interesting experiment.  Our Hypothesis was that listening to Qur’an has physical effects just like listening to music has physically visible effects.  To prove our point we took an apple which also has 60-70 percent water content like human bodies.  We cut the apple into half, put each half in a zip lock bag and then for seven days played Qur’an for one half of the apple and music to another half of the apple .. Both apples were kept on room temperature.  The results were amazing and so our hypothesis was accepted.

In Quran Surah Luqman Allah(s.a.w) says:

And of mankind is he who purchases idle talks (i.e.music, singing, etc.) to mislead (men) from the Path of Allâh without knowledge, and takes it (the Path of Allâh, or the Verses of the Qur’ân) by way of mockery. For such there will be a humiliating torment (in the Hell-fire).(6)

In surah Yunus Allah SWt says about  Quran:

O mankind! There hath come to you a admonition from your Lord and a healing for the (diseases) in your hearts and for those who believe, a Guidance and a Mercy. (57)

Please look at the attached pictures.  The first picture is of the apple when it was freshly cut. Second picture is after 3 weeks of the experiment.

JazakAllah Khiaran




sumber dari: deenoverduniya.wordpress.com

Menghayati Peristiwa Nuzul Al-Quran






Peristiwa Nuzul al-Quran adalah antara perkara penting yang harus diingat dan direnung Muslim kerana bermula dengan peristiwa itu zaman jahiliah (kegelapan) telah disinari cahaya, kesesatan digantikan kebenaran dan umat yang hidup bertuhankan hawa nafsu berubah bertuhankan Allah Yang Esa.
Peristiwa Nuzul al-Quran berlaku pada malam Jumaat, 17 Ramadan, tahun ke-41 daripada keputeraan Nabi Muhammad SAW perlu diingati dengan penuh keinsafan oleh umat Islam. Al-Quran mengandungi 6,236 ayat adalah himpunan wahyu dan kitab panduan terakhir daripada Allah, diturunkan secara beransur-ansur selama 23 tahun kepada Rasul-Nya, Muhamad s.a.w supaya menjadi petunjuk kepada seluruh umat.
Waktu penurunan al-Quran adalah mengikut perancangan dan ketentuan Ilahi. Sesuai dengan kitab itu yang sungguh mulia, Allah juga memilih penghulu segala bulan yang terkenal dengan bulan keampunan, rahmat dan keberkatan iaitu Ramadan untuk menurunkannya. Firman Allah bermaksud:
“Ramadan adalah bulan diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan daripada pembeza (antara yang hak dan batil).” (Surah al-Baqarah, ayat 185)
Perlu kita ketahui juga, Nabi s.a.w menerima wahyu daripada Allah SWT dalam pelbagai cara dan keadaan antaranya ialah :
1. Malaikat memasukkan wahyu ke dalam hatinya. Dalam hal ini, Nabi Muhammad s.a.w tidak melihat sesuatu pun, hanya berasa ia sudah berada dalam kalbunya.
2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi s.a.w berupa lelaki yang berkata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal kata-kata itu.
3. Wahyu datang seperti gemerincingnya loceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan Nabi SAW. Kadangkala pada keningnya keluar peluh walaupun ketika itu musim sejuk. Ada kalanya, unta yang Baginda tunggangi terpaksa berhenti dan duduk kerana berasa amat berat apabila wahyu itu turun. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi s.a.w dalam rupanya yang asli.
Selain itu, kenapa Allah SWT turunkan al-Quran secara beransur-ansur? Sudah tentu menpunyai hikmah-hikmahnya tersendiri. Antara hikmah al-Quran diturunkan secara beransur-ansur itu ialah :
  • Lebih mudah difahami dan dilaksanakan. Orang tidak akan melaksanakan suruhan dan larangan jika diturunkan sekali gus dengan banyak.
  • Antara ayat itu ada yang nasikh (hukum yang diubah) dan mansukh (hukum yang dibatalkan/dimansuhkan), sesuai dengan permasalahan waktu itu. Ini tidak dilakukan jika al-Quran diturunkan sekali gus. (Ini menurut pendapat yang mengatakan ada nasikh dan mansukh)
  • Turun ayat sesuai dengan peristiwa yang berlaku lebih mengesankan dan berpengaruh di hati.
  • Memudahkan penghafalan. Orang Musyrik bertanya mengapakah al-Quran tidak diturunkan sekali gus seperti disebut dalam al-Quran yang bermaksud: “Mengapakah al-Quran tidak diturunkan kepadanya sekali gus? Dijawab dalam ayat itu sendiri: Demikianlah, dengan (cara) begitu Kami hendak menetapkan hatimu.” (Surah al-Furqan, ayat 32)
  • Ada antara ayat itu jawapan daripada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan seperti dikatakan Ibnu Abbas. Hal ini tidak dapat terlaksana jika al-Quran diturunkan sekali gus.
Sehubungan itu, peristiwa Nuzul al-Quran harus dihayati umat Islam kerana ia menjadi asas keimanan terhadap al-Quran bahawa ia adalah kalam Allah. Bahkan, ia dilihat asas utama dalam pengakuan umat Islam terhadap kerasulan Nabi Muhammad SAW serta keyakinan Islam itu agama benar, satu-satunya agama yang diredai di sisi Allah.


sumber dari: ahmad-sanusi-husain.com