Pages

Saturday 24 August 2013

Marah itu bara api




anger_management-copy.jpg


Abul Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Said Alkhundri r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Marah itu bara api maka siapa yang merasakan demikian, jika ia sedang berdiri makan hendaklah duduk, bila ia sedang duduk hendaklah bersandar (berbaring).”
                        Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Said Alkhundri r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Awaslah kamu dari marah-marah, kerana marah itu bererti menyalakan api dalam kalbu anak Adam, tidakkah kamu melihat seseorang yang marah itu merah matanya dan tegang urat-uarat lehernya, kerana itu bila seseorang merasakan yang demikian hendaklah berbaring dan meletakkan badannya ditanah.”
                        Sesungguhnya ada diantara kamu orang yang lekas marah tetapi juga lekas reda, maka ini seimbang dan ada yang lambat marah dan lambat sembuh (reda), ini juga seimbang, dan sebaik-baik kamu lambat marah dan cepat re;a. dan sejahat-jahat kamu yang cepat marah dan lambat sembuhnya.”
                        Abu Umamah Albahili r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Siapa yang dapat menahan marah padahal ia dapat (kuasa) untuk memuaskan marahnya itu, tetapi tidak dipuaskan bahkan tetap ditahan/disabarkan, maka Allah s.w.t. mengisi hatinya dengan keridhoan pada hari kiamat.”

                        Umar bin Abdul Aziz berkata kepada orang yang telah memarahkannya: “Andaikan engkau tidak membikin marahku, nescaya sudah saya beri hukuman.” Yakni Umar ingin menurut kepada unjuran Allah s.w.t. didalam ayat yang berbunyi: “Walkaa dziminal ghaidha.” (Yang bermaksud): “Dan mereka yang dapat menahan marah.” kerana itu, ketika ia mendapat kesempatan untuk menahan maka langsung dipergunakan.
                        Umar bin Abdul Aziz melihat seorang yang mabuk, maka ketika akan ditangkap untuk dihumkum dera, tiba-tiba dimaki oleh orang yang mabuk itu, maka Umar kembali tidak jadi menghukum dera, dan ketika ditanya: “Ya Amirul mukminin, mengapakah setelah ia memaki kepadamu tiba-tiba engkau tinggalkan?” Jawab Umar: “Kerana ia menjengkel aku maka andaikan aku hukum (pukul) mungkin kerana murka ku kepadanya, dan saya tidak suka memukul seorang hanya membela diriku (untuk kepentingan diriku).”
                        Maimun bin Mahran ketika budaknya menghidangkan makanan dan membawa kuah, tiba-tiba tergelincir kakinya sehingga tertuang kuah itu kebadan Maimun dan ketika Maimun mahu memukul budak itu, tiba-tiba ia berkata: “Tuanku, laksanakanlah ajaran Allah s.w.t. (Yang berbunyi): “Walkadhiminal ghaidha.” (Yang bermaksud): “Dan mereka yang menahan marah.” Maimun berkata: “Baiklah.” Maka budak itu berkata: “Kerjakan lanjutannya (ayat yang berbunyi: “Wal afina aninnas.” (Yang bermaksud): “Dan engkau memaafkan orang.” Maimun berkata: “Saya maafkan engkau.” Budak itu berkata: “Kerjakan lanjutannya (ayat yang berbunyi: “Wallahu yhibbul muhsinin.” (Yang bermaksud): “Dan Allah kasih kepada orang yang berbuat kebaikan.” Maimun berkata: “Saya berbuat baik kepadamu, maka engkau kini merdeka kerana Allah s.w.t.


sumber dari: drzeze.wordpress.com

No comments:

Post a Comment