Pages

Tuesday 23 July 2013

Ramadhan ke 2 di Korea




Di indonesia, dari kota besar hingga kota kecil, dari pelosok utara hingga ke selatan, pastilah semarak ramadhan di rasakan di manapun itu. Tapi tidak dengan Korea, Kota-kota kecil seperti Masan dan Jinju.
Saat diberi kesempatan mengujungi Busan, (Busan adalah salah satu kota besar yang terletak 1 jam dari Masan dan Jinju), di sepanjang jalan, subway, dan terminal, tidak ada semarak ramadhan yang muncul. Tetapi ketika memasuki salah satu kampus untuk melaksakan buka puasa bersama, mulailah terlihat satu persatu teman yang hadir. Mahasiswa Indonesia yang ada di Korea memang kerap kali mengadakan acara seperti ini untuk lebih menguatkan diantara sesama ‘anak rantau’ dan juga mempererat silaturahmi. Apa yang istimewa dari buka puasa kali ini? Tentu saja, adanya masakan Indonesia yang disajikan untuk memenuhi kerinduan dan para peserta yang hadir bukanlah hanya mahasiswa muslim, tapi seluruh mahasiswa Indonesia, baik muslim, Kristen, Budha atau agama yang lain.

Saat berada di sana, terdapat beberapa hal yang dirasakan oleh teman-teman ketika melakukan puasa di Korea. Ayi, mahasiswi S1 yang saat ini sudah 4 tahun berada di Korea mengatakan, ia merasa lebih khusyuk dan senang , saat tempat tinggalnya saat ini telah pindah ke daerah dekat masjid. Sedangkan Indah dan Defri, mahasiswa S2 dan S3 yang baru dua minggu berada di Busan mengatakan bahwa cuaca di korea lebih mendukung (lebih sejuk, karena saat ini sudah masuk musim gugur)  tapi hal yang sangat dirindukan adalah suasana dan semarak Ramadhan seperti di Indonesia.

busan

Buka puasa sudah selesai, saatnya beralih ke masjid busan. Masjid ini adalah salah satu mesjid besar yang ada di Korea, selain di Itaewon,  Kimhae dan Gwangju. Dan saat ini juga sedang di bangun sebuah masjid di changwon, mohon doanya dari pembaca di Indonesia. Kembali ke Masjid Busan, taraweh pada malam itu di imami oleh seorang muslim Libya. Jama’ah yang hadir cukup banyak pada hari itu, karena memang, sabtu—minggu adalah waktu dimana para pekerja dan mahasiswa libur atau lebih luang dibandigkan weekdays. Saat itu jama’ah laki-laki berjumlah 3 shaff penuh dan 1 shaff yang diisi setengah dan jama’ah wanita terdiri atas 3 jama’ah. Saat salat tarawih  dan witir selesai, diumumkan, bahwa untuk muslim Indonesia diharapkan tidak pergi dulu karena ada tausiyah dan pembentukan kepanitiaan Idul Fitri. Saat Idul Fitri tahun lalu, Masjid Busan memfasilitasi untuk 700 jama’ah, namun yang hadir ternyata lebih dari 1000 jama’ah. Dan tahun ini, dengan adanya kemungkinan Idul Fitri jatuh di hari minggu, maka diperkirakan jumlah jama’ah akan membludak, untuk itu diperlukan kesiapan panitia dan SDM yang cukup untuk mengaturnya.

Para jamaah putri berkumpul dan tidur di ruang keputrian, sedangkan jama’ah laki-laki disediakan tempat untuk tidur di dalam masjid. Suara lantunan ayat Alquran terus berkumandang, hingga akhirnya waktu sahur tiba. Salat subuh kembali di imami oleh seorang muslim dari Libya, dan dilanjutkan dengan tausiyah yang disampaikan oleh Imam Masjid, seorang Muslim Korea dalam bahasa Korea yang diartikan ke bahasa Indonesia oleh salah satu rekan. Semakin sejuknya dan khusyuknya ramadhan di hari itu. Di pagi harinya, diadakan kerja bakti untuk membersihkan mesjid sedangkan jama’ah putri berkumpul untuk mengikuti kajian cyber. Saat itu beberapa rekan pekerja menceritakan pengalamannya saat berpuasa. Mba Iis yang bekerja di pabrik besar mengatakan bahwa pabriknya memiliki standar kerja yang tinggi, sehingga tidak dibolehkan bagi pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya, sehingga saat ia bekerja pada shift malam, ia harus mensiasati waktunya untuk dapat makan sahur, bahkan ia pernah makan sahur di toilet. Lain lagi dengan mb Atin, kondisi tempat ia bekerja tidak seperti di tempat mb Iis, ia memiliki waktu yang cukup untuk shalat, berbuka ataupun sahur saat shift malam. Semoga mereka dan rekan pekerja yang lainnya dimudahkan dan dikuatkan untuk melaksanakan puasa kali ini.

Saat salat zuhur berjama’ah terdapat satu orang jama’ah yang baru hadir, dan ia adalah Nadya, seorang muslimah asli Korea yang baru bersyahadat satu hari yang lalu.. subhanallah.. Nadya masih membawa buku pembimbig sholat saat melaksanakan salat zuhur berjama’ah, dan kami pun berdiskusi menggunakan bahasa korea dan Inggris untuk lebih menguatkan Nadya dalam berislam.

Saat seleseai melaksanakan salat Ashar, terdapat beberapa tamu yang ingin mengetahui lebih jauh Islam itu seperti apa. Mereka sengaja datang ke Masjid untuk bertemu para muslim dan menanyakan berbagai hal terkait Islam. Pada hari itu terdapat dua siswi SMU Isabel high school, mereka mendapat tugas dari sekolah untuk belajar lebih jauh tentang islam dan muslim, mereka menanyakan berbagai hal, ttg islam, hijab, kemudian mereka juga ikut buka puasa bersama, bahkan mencoba mukena dan diajarkan salat. Lain lagi dengan seorang ibu guru, yang juga ikut buka puasa bersama, dilanjutkan dengan solat maghrib. Ibu guru tersebut diajarkan bagaimana berwudhu dan juga salat. Ada juga mahasiswi yang memperhatikan kami saat kami solat zuhur dan mengikuti kajian zuhur. Mah-mudahan saja penerimaan muslim di sini membekas di hati mereka. Dan kemarin juga  terdapat salah satu stasiun TV nasional meliput kegiatan ramadhan  kami di Mesjid, sejak siang hari hingga berbuka puasa. Tayangan ini akan ditayangkan sebagai acara documentary yang akan disiarkan beberapa hari kemudian. Semoga saja dengan melihat tayangan itu, masyarakat Korea akan lebih dapat menghargai dan mengerti mengenai Islam dan muslim.


sumber dari: ditaadesusanti.wordpress.com

No comments:

Post a Comment