Pages

Friday, 2 May 2014

MERS Terdeteksi di Makkah dan Jeddah





ANTARA/Pandu Dewantara


Perkembangan wabah virus sars varian baru, Middle East Respiratory Syndorm-Corona Virus (MERS-CoV), di Arab Saudi makin mengkhawatirkan setelah ditemukan di kota tujuan jamaah haji dan umrah, yakni Jeddah dan Makkah.

Kementerian Kesehatan Arab Saudi, seperti dilansir Reuters, menyatakan kasus MERS-CoV terbaru terdeteksi di Riyadh, Jeddah, dan Meakah dalam waktu kurang dari 24 jam terakhir kemarin.

Sementara itu surat kabar Arab Saudi, Saudi Gazette, memberitakan kasus MERS pertama di Makkah diketahui pada Rabu lalu di antara 11 kasus yang terdeteksi secara nasional. Pada hari yang sama terdapat enam kasus di Jeddah.

Kemarin (Sabtu 26/4), Kemenkes Arab Saudi menyatakan ada lima pasien MERS yang tewas sehingga menambah jumlah korban fatal virus yang menyerang saluran pernafasan itu menjadi lebih dari 92 orang. Empat di antaranya meninggal setelah terdeteksi terjangkit MERS dalam waktu kurang dari 24 jam.

Sejak terdeteksi pertama kali di Arab Saudi pada September 2012, ada 313 orang yang terdeteksi terjangkit MERS. Sementara itu korban secara global diperkirakan telah mencapai 385 kasus infeksi.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menghimbau peningkatan status kewaspadaan global atas MERS-CoV yang diketahui pertama kali merebak di kawasan Arab Saudi. Dalam dua pekan terakhir, penderita MERS diketahui terdeteksi di Yunani, Malaysia, Jordania, dan Filipina.

Kementerian Kesehatan Malaysia pada 16 April lalu memastikan seorang pria 54 tahun yang berasal dari Johor meninggal di rumah sakit MERS-CoV. Pria itu baru pulang melaksanakan umrah di Arab Saudi pada 29 Maret lalu. Sementara itu di Filipina seorang pekerja medis yang baru pulang bertugas di Uni Emirat Arab diisolasi di rumah sakit setelah dideteksi positif terinfeksi MERS-CoV.

"Bisa dipastikan kasus-kasus itu masih terus berlanjut menyebar ke negara lain melalui wisatawan, pekerja asing, atau peziarah, " demikian pernyataan WHO yang dikeluarkan pada Kamis lalu (24/4).

WHO merekomendasikan setiap otoritas negara untuk melakukan pengecekan (screening) dengan ketat di perbatasan untuk mendeteksi kasus-kasus yang mungkin masuk. Di sisi lain, WHO tidak menyarankan larangan perjalanan atau perdagangan terhadap negara-negara yang dinilai menjadi sumber infeksi MERS-CoV.

Pada Jumat lalu (25/4) seorang pejabat WHO di Jenewa, Swiss, mengaku kekhawatiran mengenai MERS-CoV semakin meningkat setelah terdeteksinya korban di kota-kota tujuan jemaah umrah dan haji. Apalagi, lanjutnya, menjelang bulan suci Ramadhan jumlah jamaah umrah ke Arab Saudi berlipat ganda dan mereka umumnya berusia lanjut.

Di sisi lain, Senin pekan lalu (21/4), Abdullah al-Rabiah dipecat dari jabatannya sebagai Menteri Kesehatan Arab Saudi terkait semakin meluasnya wabah MERS di kawasan Arab Saudi. Tanggung jawab menteri kesehatan untuk sementara dibebankan Menteri Tenaga Kerja Adel Faqih.

Selain itu, otoritas juga mengaku telah berkonsultasi dengan lima pembuat vaksin seperti dari Jerman, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat untuk berkolaborasi mengembangkan vaksin anti-Mers. MERS-CoV berkembang di timur tengah pada 2012 lalu dan kasus infeksi terbanyak terjadi di Arab Saudi.

"Setiap upaya sedang dilakukan untuk memahami kondisi saat ini dan setiap perubahan potensial," ujar Wakil Menteri Kesehatan Mohammed Zamakhshary.



sumber dari: ekonomi.metrotvnews.com/

No comments:

Post a Comment