Pages

Friday 9 May 2014

Berjuta Cinta Untuk Ibu




Teringat kembali pada momen hari ibu tahun kemarin. Hari ibu yang kesekian, saya tidak bisa menemani hari seorang perempuan yang penuh cinta ini. Tak terasa, sudah  hampir 10 tahun lamanya saya merantau. Dan selama itu juga, saya tidak bisa memberikan surprise secara langsung untuk perempuan bersahaja ini. Dari jauh, untaian doa demi doa yang bisa kutitipkan pada Tuhan untuk selalu menjaga perempuan penyayang ini. Alunan suara lewat telepon terkadang tidak mampu untuk menggantikan tumpukan rindu anak perantau dengan hangat lembut kasih sayangnya. Ia selalu penuh kasih, penuh cinta, perhatian yang teramat, peduli yang tak pernah jemu, dengan stock cinta yang tak pernah pudar.

Teringat sebuah lagu yang sering saya nyanyikan sewaktu kecil dulu,

Kasih Ibu kepada beta,
Tak terhingga sepanjang masa,
Hanya memberi tak harap kembali,
Bagai sang surya menyinari dunia

Mendengarkan lagu ditemani dengan syahdu suara hujan, membangkitkan memori saya semasa kecil dulu. Bahwa kasih ibu tidak pernah menguap, hidup dan ada sepanjang masa, mengalir dan menjadi nafas cinta dalam jiwa saya. Kasih dan sayangnya tak pernah mengharap balas dari anaknya, ia terus memberi dan memberi yang terbaik dari kehidupannya untuk kehidupan terbaik anak-anaknya. Melepas putrinya di tanah rantau, bukannya tak mengiris hatinya. Saya selalu ingat kata ibu “Ibu takkan tega memadamkan nyala api cita-cita  yang membara yang ibu lihat dimatamu nak”. Terenyuh hati ini mendengarnya, namun dengan tekad kuat dan keyakinan dalam hati, “Saya yakin bahwa saya lebih mampu membahagiakan ibu dengan berjuang di tanah rantau Bu” jawaban diplomatis untuk menenangkan hati ibu. :)

Di 22 Desember tahun kemarin, hari yang diperingati sebagai hari ibu, saya ingin melukiskan senyum termanis dan jejak bahagia di hati ibunda. Sebagai seorang anak rantau, kiriman bingkisan menjadi salah satu bentuk cinta menurut saya. Bingkisan tersebut   berisi sebuah benda yang ibu sering sebutkan di obrolan kami belakangan ini. Bukan permata, benda yang tak mahal, namun saya yakin akan membuat ibu sumringah untuk menerimanya. Semoga pede-nya gak salah sangka dan tidak salah tempat :).

Empat hari sebelum tanggal 22 Desember, saya mengirimkan bingkisan tersebut dengan maksud untuk memberi kejutan pada ibu di hari dimana gelarnya diagungkan seluruh anak untuk ibunya. Pada hari H saya menelpon ibu, untuk mengucapkan dua patah kata ucapan selamat hari ibu beriringan doa agar ibu senantiasa dalam lindungan rahmat dan berkahNYA serta senantiasa sehat dan bahagia. Disela percakapan, saya berharap agar ibu mengabarkan berita bahwa ibu sudah menerima bingkisan yang saya kirimkan. Bukannya ingin dipuji, hanya memastikan bahwa bingkisan cinta itu sudah sampai ke tangan ibu.  Percakapan diakhiri dengan salam dan rasa penasaran saya kenapa ibu tidak mengusik hal tentang bingkisan sedikit pun. Namun tak disangka, hingga malam tiba tak jua telepon berdering yang bertuliskan kata ibunda datang. Harapan untuk memberi kejutan untuk ibu di hari besarnya pun sirna.

Dan, seminggu setelah tanggal 22 Desember, waktu sore hari, ibu menelpon dan mengabarkan bahwa ada bingkisan yang sampai ke rumah. Dengan nama dan alamat pengirim yang bertuliskan nama saya, ibu memastikan apakah bingkisan tersebut untuk ibu sendiri ataukah titipan untuk orang lain. “Bingkisan itu untuk ibu..silahkan dibuka dulu. Kemarin niatnya untuk kejutan dihari ibu, tetapi malah saya yang terkejut Bu, kenapa bingkisannya sampai jauh-jauh hari begini :)”, itu komentar saya seketika menjawab pertanyaan ibu. Berdasar alasan sang jasa pengiriman, mereka mengalami kendala di jalan untuk pengiriman.  Meski agak kesal, syukur banget bingkisan itu sampai ke rumah, kalo tidak bisa lebih terkejut lagi dibuatnya Hehe. Ibu sangat senang menerima bingkisan tersebut, kata ibu, “Terimakasih banyak ya nak, ini karena kamu kepikiran sama yang kita omongin kemarin ya”,  tanya ibu. Aku hanya menjawab dengan ketawa yang disambut tawa ringan juga dari ibu. Ahh, senangnyaaa.. Semoga saya memberikan senyuman untuk ibu di hari-hari selanjutnya Tuhan, doa saya dalam hati. Obrolan itu ditutup dengan ucapan salam dan mantra pelepas rindu “Peluk dari jauh ibuuu” ucap saya dan disahut “Peluk erat sayaaang” dari ibu, dan telepon pun saya matikan.
Hmm…  mengingatnya saja sudah membuat rindu lagi. Semoga tumpukan rindu ini, bisa terbayarkan dengan kejutan-kejutan di hari selanjutnya. Semoga bisa mengukir senyum yang lebih indah dan menambah rekam jejak kenangan indah di hati ibu tentang anak-anaknya. Semoga Tuhan berkenan untuk mengabulkan doa-doa ibu untukku, dan juga memeluk doa-doa saya untuk ibu dan keluarga besar disana.

Mengingatmu tidak hanya untuk di satu hari saja, tidak untuk hari ibu saja. Namun di hari ibu itu, saya ingin mengungkapkan sejuta cinta yang terkadang tak mampu kusampaikan lewat kata-kata. Selamat hari ibu untuk ibu yang jauh disana.  Saya titipkan wanita mulia yang kupanggil ibu padamu Tuhan. Semoga makin berjuta-juta cinta yang dapat saya persembahkan dalam kehidupannya, aamiin..





sumber dari: dnamora.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment