Dalam Al-Quran Allah berfirman bahwa di akhir zaman akan ada binatang yang membawa pesan keimanan untuk terakhir kalinya. Tertera dalam surat An Naml ayat 82
Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.
Bisa saja ayat ini ditafsirkan bahwa binatang yang dikenal sebagai Dabbah mampu berbicara dengan manusia sebagaimana Allah maha menciptakan segala sesuatu. Kalaupun binatang ini tidak berbicara mungkin dia membawa pesan-pesan ilahiah sehingga manusia menyimpulkan dari pesan-pesan yang dibawanya bahwa orang-orang jaman dulu atau sebelumnya tidak beriman kepada Allah sehingga mereka telah diazab. Pesan-pesan itu bisa saja berupa gen-gen tubuhnya yang luar biasa kompleks tapi mampu dibaca oleh analisis-analisis modern. Kalau kita pernah saksikan ada binatang atau fenomena alam yang bertulis lafaz Allah mungkin juga si Dabbah menunjukan hal serupa.
Di antara tanda Kiamat kubro –setelah pintu taubat ditutup dengan terbitnya matahari dari barat– adalah keluarnya binatang bumi yang lain dari biasanya, di mana ia bisa berbicara kepada manusia dan memilah-milah mana mukmin dan mana kafir untuk melengkapi maksud ditutupnya pintu taubat. Munculnya tanda ini sama dengan tanda-tanda yang lain berdasar kepada al-Qur’an dan sunnah.
Firman Allah,
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82).
Muslim, Abu Dawud dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Zur’ah berkata,
Ada tiga orang kaum muslimin yang duduk di sisi Marwan bin al-Hakam, mereka mendengarnya –sementara dia menyinggung tanda-tanda Kiamat– menyatakan bahwa Dajjal adalah tanda pertama yang muncul. Maka Abdullah bin Amru berkata, “Marwan tidak mengucapkan apa-apa, saya telah menghafal suatu hadits dari Rasulullah saw yang tidak aku lupakan sesudah aku mendengarnya dari beliau, beliau bersabda, ‘Tanda yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari barat dan munculnya binatang bumi kepada manusia di waktu Dhuha. Apa pun dari keduanya mendahului yang lain maka yang lain menyusul tidak lama kemudian’.”
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ سِتًّا الدَّجَّالَ، وَالدُّخَانَ، وَدَابَّةَ الأَرْضِ، وَطُلُوْعَ الشَمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَأَمْرَ العَامَّة، وَخُوَيِّصَةَ أَحَدِكُمْ.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Bersegeralah berbuat baik sebelum datangnya enam perkara: Dajjal, dukhan, binatang bumi, terbitnya matahari dari barat, Kiamat dan kematian salah seorang dari kalian.” (HR. Muslim)
Dari Hudzaefah bin Usaid Al-Ghifari berkata, Rasulullah saw melewati kami, sementara kami sedang berbincang-bincang. Beliau bertanya, “Apa yang kalian perbincangkan?” Kami menjawab, “Kiamat.” Beliau bersabda, “Kiamat tidak datang sehingga kalian melihat sepuluh tanda sebelumnya: dukhan, Dajjal, binatang bumi, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam, Ya’juj dan Ma’juj, tiga pembenaman: pembenaman di timur, pembenaman di barat dan pembenaman di jazirah Arab, dan yang terakhir adalah api yang menggiring manusia ke padang Mahsyar.” (HR. Muslim, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi).
Di antara sifat binatang yang dijadikan oleh Allah sebagai salah satu tanda Kiamat adalah bentuk dan perbuatannya yang lain dari biasanya, ia bisa berbicara dan berdialog dengan manusia dan dia memberi cap iman atau kufur kepada mereka.
Sebagaimana keterangan yang ada di dalam hadits Abu Umamah bahwa Rasulullah bersabda, “Binatang bumi itu keluar maka ia memberi cap kepada manusia di wajah mereka. Kemudian jumlah mereka meningkat sehingga seseorang membeli onta dia ditanya, ‘Dari siapa kamu membeli onta itu?’ Dia menjawab, ‘Dari salah seorang yang dicap wajahnya…’.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah nomor 322).
Keterangann lebih dari ini tentang sifat-sifat dan ciri-ciri binatang ini maka ia hanyalah perkakataan orang-orang tertentu yang perlu dibuktikan dengan hadits yang shahih dari Rasulullah saw, jika tidak maka cukuplah hadits shahih sebagai pemberi keterangan, selebihnya wallahu a'lam.
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir dalam tahqiq Musnad Imam Ahmad berkata, “Ayat Al-Qur’an secara jelas mengatakan dengan bahasa Arab bahwa ia adalah “دابة ”, dan artinya jelas dan dikenal dalam bahasa Arab, tidak diperlukan ta’wil. Hadits telah menjelaskan perbuatannya. Dan banyak sekali hadits-hadits baik yang shahih atau lainnya yang menyatakan datangnya tanda Kiamat ini (binatang bumi) dan bahwa ia keluar di akhir zaman. Dan terdapat atsar-atsar yang menjelaskan sifatnya tetapi ia tidak dinisbatkan kepada Rasulullah saw sebagai penyampai dari Tuhannya dan penjelas bagi ayat-ayat kitabNya, maka tidak apa-apa apabila kita meninggalkannya. Silakan melihat –sebagai contoh– Tafsir Ibnu Katsir (6/305-310).
Akan tetapi sebagian orang di zaman ini yang menisbatkan diri mereka kepada Islam, di mana ucapan yang mungkar dan akal yang rusak menguasai mereka, mereka tidak ingin beriman kepada perkara ghaib, mereka hanya mau beriman kepada sesuatu yang riil yang telah digariskan oleh guru dan teladan mereka dari kalangan Eropa penyembah berhala, para pengikut madzhab permisif, yang membuang segala agama dan akhlak, mereka ini tidak bisa beriman kepada apa yang kita imani, mereka juga tidak bisa mengingkari secara jelas maka mereka kehilangan kontrol, kebingungan dan berpura-pura. Selanjutnya mereka menta’wilkannya, membelokkan ucapan dari makna asli yang sebenarnya berdasarkan bahasa Arab, mereka merubahnya sebagai rumus (teka-teki), hal itu karena pengingkaran yang bercokol di dalam jiwa mereka.
Lebih dari itu sebagian dari mereka menukil ta’wil dari seorang dari India yang dikenal dari kelompok yang menisbatkan dirinya kepada Islam, padahal ia adalah musuh utama Islam dan kaki-tangan para penjajah, musuh-musuh Islam. Lihatlah orang-orang seperti ini, dari sumber manakah mereka berkoar-koar? Dan berpijak kepada apa mereka bertindak? Neraka mana lagi yang mereka masuki? Semua itu karena mereka tidak meyakini ayat-ayat Allah.”
Di antara sifat binatang yang dijadikan oleh Allah sebagai salah satu tanda Kiamat adalah bentuk dan perbuatannya yang lain dari biasanya, ia bisa berbicara dan berdialog dengan manusia dan dia memberi cap iman atau kufur kepada mereka.
Sebagaimana keterangan yang ada di dalam hadits Abu Umamah bahwa Rasulullah bersabda, “Binatang bumi itu keluar maka ia memberi cap kepada manusia di wajah mereka. Kemudian jumlah mereka meningkat sehingga seseorang membeli onta dia ditanya, ‘Dari siapa kamu membeli onta itu?’ Dia menjawab, ‘Dari salah seorang yang dicap wajahnya…’.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah nomor 322).
Keterangann lebih dari ini tentang sifat-sifat dan ciri-ciri binatang ini maka ia hanyalah perkakataan orang-orang tertentu yang perlu dibuktikan dengan hadits yang shahih dari Rasulullah saw, jika tidak maka cukuplah hadits shahih sebagai pemberi keterangan, selebihnya wallahu a'lam.
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir dalam tahqiq Musnad Imam Ahmad berkata, “Ayat Al-Qur’an secara jelas mengatakan dengan bahasa Arab bahwa ia adalah “دابة ”, dan artinya jelas dan dikenal dalam bahasa Arab, tidak diperlukan ta’wil. Hadits telah menjelaskan perbuatannya. Dan banyak sekali hadits-hadits baik yang shahih atau lainnya yang menyatakan datangnya tanda Kiamat ini (binatang bumi) dan bahwa ia keluar di akhir zaman. Dan terdapat atsar-atsar yang menjelaskan sifatnya tetapi ia tidak dinisbatkan kepada Rasulullah saw sebagai penyampai dari Tuhannya dan penjelas bagi ayat-ayat kitabNya, maka tidak apa-apa apabila kita meninggalkannya. Silakan melihat –sebagai contoh– Tafsir Ibnu Katsir (6/305-310).
Akan tetapi sebagian orang di zaman ini yang menisbatkan diri mereka kepada Islam, di mana ucapan yang mungkar dan akal yang rusak menguasai mereka, mereka tidak ingin beriman kepada perkara ghaib, mereka hanya mau beriman kepada sesuatu yang riil yang telah digariskan oleh guru dan teladan mereka dari kalangan Eropa penyembah berhala, para pengikut madzhab permisif, yang membuang segala agama dan akhlak, mereka ini tidak bisa beriman kepada apa yang kita imani, mereka juga tidak bisa mengingkari secara jelas maka mereka kehilangan kontrol, kebingungan dan berpura-pura. Selanjutnya mereka menta’wilkannya, membelokkan ucapan dari makna asli yang sebenarnya berdasarkan bahasa Arab, mereka merubahnya sebagai rumus (teka-teki), hal itu karena pengingkaran yang bercokol di dalam jiwa mereka.
Lebih dari itu sebagian dari mereka menukil ta’wil dari seorang dari India yang dikenal dari kelompok yang menisbatkan dirinya kepada Islam, padahal ia adalah musuh utama Islam dan kaki-tangan para penjajah, musuh-musuh Islam. Lihatlah orang-orang seperti ini, dari sumber manakah mereka berkoar-koar? Dan berpijak kepada apa mereka bertindak? Neraka mana lagi yang mereka masuki? Semua itu karena mereka tidak meyakini ayat-ayat Allah.”
No comments:
Post a Comment