Pages

Sunday 24 June 2012

pengenalan ilmu 'Ijaz Al-Quran






Bermulanya semester 2 tahun 2011 di Mu'tah University, Jordan ini, aku membuat keputusan mendaftar 5 subjek. Salah 1 subjek yang aku daftarkan ialah subjek 'ijaz Al-Quran yang akan diajar oleh Doktor Nail Abu Zeid. Disini aku dapat sedikit sebanyak info / pengenalan berkenaan ilmu 'ijaz Al-Quran untuk dikongsikan bersama.


Secara bahasa i’jaz berarti melemahkan, sehingga tujuan diberikannya mukjizat kepada para Nabi adalah agar mereka dapat menunjukkan kebenaran tentang kenabian/kerasulan serta risalah yang mereka bawa. Ada banyak ragam mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya dalam sejarah umat manusia, namun kemukjizatan yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad yaitu al-Qur’an merupakan sebuah hal yang paling istimewa. Di sinilah arti penting pembahasan mengenai i’jaz al-Qur’an perlu mendapatkan perhatian utama, baik dalam kajian ulum al-Qur’an, maupun kajian-kajian keislaman lainnya menyangkut aspek teologi, hukum, dan ilmu bahasa Arab secara umum.

Keistimewaan kemukjizatan al-Qur’an dibandingkan dengan mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah kepada para Nabi sebelum kedatangan Muhammad sebenarnya cukup mencolok. Perhatikan misalnya, Nabi Musa diberikan 9 macam mukjizat yang mengatasi tantangan ilmu sihir yang dibawakan oleh tukang-tukang tenung Fir’aun dalam membuktikan kebenaran risalah Allah yang termuat dalam kitab suci Taurat. Di antara sembilan tanda (ayat) yang menandai mukjizat yang diberikan kepada Musa adalah tongkatnya yang ketika dilemparkan berubah menjadi ular besar, dan tangannya menjadi putih bersinar ketika dimasukkan ke dalam saku (lihat QS 27:10-13 dan QS 28:31-32). Maka dapat disimpulkan bahwa mukjizat yang menjadi pendukung bukti kebenaran risalah Allah tersebut merupakan elemen-elemen external dan bukan teks kitab suci yang diberikan. Begitu juga Nabi Isa diberikan oleh Allah beberapa macam mukjizat yang mengatasi keunggulan yang dimiliki kaumnya dalam bidang ilmu pengobatan, seperti menciptakan burung dari tanah, menyembuhkan orang buta dan penyakit kusta, serta mengeluarkan orang mati dari dalam kubur dengan seizin Allah (QS 3:49, dan QS 5:110). Kesemua kemampuan yang menandai kebenaran risalah yang ia bawa di dalam kitab suci Injil. Mukjizat-mukjizat tersebut, sama seperti yang sebelumnya diberikan kepada Musa, merupakan elemen-elemen eksternal, dan bukan teks kitab suci Injil yang diwahyukan kepadanya. Di sini, keistimewaan al-Qur’an dibandingkan dengan teks-teks kitab suci agama samawi lainnya terletak pada kenyataan bahwa Allah menurunkan al-Qur’an sebagai pesan yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang memuat risalah yang diberikan kepadanya, sekaligus teks al-Qur’an itu sendiri menjadi bukti bagi kebenaran risalah yang terkandng di dalamnya.

Salah satu tanda yang membuktikan kemukjizatan al-Qur’an adalah ketidakmampuan kaum Quraisy menandingi tantangan al-Qur’an. Dari tantangan yang paling berat untuk mendatangkan yang semisal dengan al-Qur’an (QS 17:88), yang kemudian dikurangi hanya dengan 10 surat (QS 11:13-14), dan bahkan terakhir mereka ditantang untuk membuat satu surat saja yang semisal dengan al-Qur’an (QS 10:38; dan QS 2:23), jika mereka merasa mampu menandingi al-Qur’an. Kesemua tantangan tersebut tidak dapat dipenuhi, bukan saja oleh kaum Quraisy yang terkenal dengan kemahiran membuat syair-syair jahiliah, bahkan oleh manusia dan jin sekiranya mereka bekerjasama satu sama lain. Di sini, nampak bahwa kemukjizatan al-Qur’an ditunjukkan dengan ketidakmampuan seluruh elemen alam semesta menandingi kebagusan bahasa al-Qur’an, keutamaan isinya baik dalam ilmu yang dikandung maupun syariat yang dibawakan dalam memelihara hak-hak manusia. Walhasil, teks al-Qur’an merupakan mukjizat, yaitu mukjizat yang lekat bersama pesan yang diwahyukan. Dengan kata lain, al-Qur’an memuat dua entitas sekaligus (two in one), yaitu kebenaran dan bukti atas kebenaran itu. Inilah yang menandai keutamaan mukjizat al-Qur’an, dibanding dengan mukjizat yang diberikan kepada para Rasul sebelumnya, bahkan dibandingkan dengan kitab-kitab suci yang diturunkan kepada mereka. Atas dasar kemukjizatan al-Qur’an inilah maka keterpeliharaan al-Qur’an menjadi sebuah kemestian. Ketidakmampuan manusia dan bahkan jin seluruhnya untuk menandingi al-Qur’an berlaku tidak mengenal batas waktu. Dengan begitu, jaminan pemeliharaan al-Qur’an (QS 15:9) menjadi salah satu bentuk kemukjizatan al-Qur’an yang menandai keistimewaaanya dibandingkan dengan kitab-kitab suci terdahulu.

Tentang penjelasan mendetail yang menerangkan definisi i’jaz, perspektif dalam pandangan ulama, unsur-unsur yang menandai kemukjizatan al-Qur’an dapat dilihat dalam literatur ulumul Qur’an, seperti: (1) Manna’ Qattan, Mabahis, 257-280; (2) Subhi Salih, Mabahis, 313-333, dan 334-340; Mafhum al-Nas, 155-178; al-Itqan, ii/116-125. Untuk karya khusus yang membahas tentang i’jaz al-Qur’an dapat pula dilihat dalam karya-karya ulama klasik seperti kitab i’jaz al-Qur’an karya al-Baqillani, atau kitab Dala’il al-I’jaz karya Abd al-Qahir al-Jurjani. Karya ulama kontemporer tentang i’jaz adalah Mu’jizatul Qur’an karya Mutawalli Sya’rawi.


Semoga bermanfaat dikongsi bersama....



sumber dari: zamzammilzain.blogspot.com

No comments:

Post a Comment